Berita Semarang
Andalkan Jualan Ampas Gembus, Perajin Tahu Semarang Coba Bertahan di Tengah Meroketnya Harga Kedelai
Meroketnya harga kedelai, yang mencapai Rp11.500 per kilogram, membuat para perajin tahu di Kota Semarang menjerit.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Moch Anhar
TRIBUNPANTURA.COM, SEMARANG - Meroketnya harga kedelai membuat para perajin tahu di Kota Semarang menjerit.
Pemilik pabrik Tahu Eco di Jalan Tandang 1, Kelurahan Mrican, Tembalang, Joko Wiyatno, mengatakan, harga kedelai saat ini telah mencapai Rp11.500 per kilogram.
Kenaikan harga kedelai disebabkan berkurangnya pasokan kedelai yang diimpor dari Brasil dan Argentina.
Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka di Kudus Masih Berlangsung, Satgas Covid-19 Diminta Waspada
Baca juga: Bagi-bagi Sembako, Personel Gabungan TNI Polri Bakti Sosial di Desa Wadas Purworejo
Baca juga: Polda Jateng Tarik 250 Personel dari Wadas Purworejo, Pendampingan Pengukuran Lahan oleh BPN Selesai
Ia mengaku, mendapat informasi langsung yang menyatakan Brasil dan Argentina sebagai penghasil kedelai saat ini sedang gagal panen.
Tak heran barangnya jadi sangat terbatas.
Negara-negara yang jadi buyer, kemudian mencari pasokan ke Amerika Serikat.
"Di sana pun tidak bisa mencukupi kebutuhan pasar. Inilah yang bikin harga kedelai gak pernah stabil sejak Lebaran bulan Agustus 2021," terang Joko saat dihubungi, Sabtu (12/2/2022).
Ia melanjutkan, harga kedelai tidak bisa dikendalikan lagi.
Hampir setiap hari dirinya mendapati fakta bahwa harga kedelai naik bertahap kisaran Rp50-Rp100.
"Harga kedelai melonjak sekitar 30 persen dari kondisi normal Rp9.000 per kilogram," terangnya.
Joko menuturkan, situasi seperti ini sangat memberatkan dirinya sebagai produsen tahu di Semarang.
Selain kesulitan mendapatkan bahan baku kedelai yang memadai, ia juga kerepotan lantaran harga minyak goreng yang bertambah mahal.
Ia setiap hari tetap memproduksi tahu 20 ton, jumlah itu tak berubah.
Baginya yang jadi masalah itu lantaran harga kedelainya yang tambah mahal, ia menyebut tidak punya keuntungan lagi.
"Kemudian beban produksi saya jadi berat karena minyak curah subsidi yang dijanjikan pemerintah harganya turun, yang ada sekarang harga tetap yaitu Rp19 ribu per liter," keluhnya.
