Berita Kabupaten Tegal
Warga Desa Penusupan Kabupaten Tegal Kelola Bank Sampah, Emak-emak Bisa Dapat Hadiah Emas
Bupati Tegal Umi Azizah, meluncurkan program kampung iklim (Proklim) di Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: Moch Anhar
"Sehingga sampahnya bersih, pengangguran berkurang, resapan air sudah diawali di dua RW, dan mudah-mudahan contoh seperti di Desa Penusupan ini akan diikuti oleh desa yang lain," katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Penusupan, Guntur Zagiat, mengungkapkan ide membuat beberapa program berkaitan dengan sampah dan lingkungan karena melihat kondisi desa yang banyak sampah berserakan.
Untuk mempermudah, ia kemudian menggandeng badan usaha milik desa (Bumdes) kaitannya pengelolaan sampah.
Baca juga: Video Kab Batang Masih Kekurangan Dokter Umum dan Spesialis
Baca juga: Warga Terganggu, Karaoke di Bugel Jepara Digeruduk, 6 LC dan 13 Botol Miras Diamankan
Tidak berhenti disitu, kemudian berkembang membuat biopori, budidaya maggot, bank sampah Bungah Berkah, Agrowisata, dan lain-lain.
"Melihat respons masyarakat yang cukup bagus, maka untuk membantu program pengelolaan sampah, ada biaya Rp 15 ribu per rumah, nah nantinya disalurkan ke Bumdes. Iuran tersebut digunakan untuk beberapa hal, termasuk penarik sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH)," ungkap Guntur.
Setelah bank sampah diperkenalkan dan digerakkan sekitar 7 bulan lalu, lanjut Guntur, warga mulai diarahkan untuk bisa memilah sampah organik dan non organik.
Kemudian ditukar setiap Sabtu dan Minggu di bank sampah desa.
Nantinya, hasil dari bank sampah ini yaitu berupa buku tabungan untuk mencatat sampah yang terkumpul berapa jumlahnya.
Sampah yang bernilai jual seperti besi, kardus, botol minuman, plastik bekas wadah makanan atau permen, dan masih banyak lagi.
Dari bank sampah ini, dikatakan Guntur bisa menghasilkan total Rp 300 ribu per minggunya.
Mengingat ada pengepul yang mengambil di bank sampah Desa Penusupan.
"Katakan ada warga yang menukarkan sampahnya ke bank sampah, nanti ditimbang dapat berapa kilogram, nah ini kemudian bisa diuangkan katakan dapat Rp 10 ribu, Rp 15 ribu, dan lain-lain bisa sampai setahun. Kemudian hasil uangnya bisa dimanfaatkan untuk bayar pajak atau lainnya sesuai kebutuhan warga sendiri," terangnya.
Terpisah, warga yang mendapat hadiah emas karena menukar sampah, Tuti Marheni, bercerita bahwa ia setiap harinya tidak langsung membuang sampah begitu saja tapi memilahnya terlebih dahulu.
Heni yang juga sebagai ibu RW 04 ini, memisah sampah kardus sendiri, plastik, botol plastik, intinya disesuaikan jenisnya.
Selanjutnya setiap dua minggu sekali ia setorkan ke bank sampah desa.