Berita Kendal
Kisah Nenek Pemulung di Kendal Berkurban Sapi, Hasil Menabung Selama 15 Tahun
Kegigihannya mencari rosok dijalani setiap hari demi mengumpulkan uang. Ia mempunyai cita-cita pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah Haji.
Penulis: Saiful Masum | Editor: m zaenal arifin
TRIBUNPANTURA.COM, KENDAL - Perjuangan tak kenal lelah dilalui seorang nenek 80 tahun, Jumiah asal Kabupaten Kendal untuk menggapai cita-citanya.
Selama kurang lebih 15 tahun, Jumiah yang berdomisili di Kampung Gagakan, RT 4 RW 2, Kelurahan Sijeruk, Kecamatan Kota Kendal menjalani rutinitas sehari-hari sebagai pemulung (tukang rosok).
Kegigihannya mencari rosok-rosok dijalani setiap hari demi mengumpulkan uang. Dia mempunyai cita-cita pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah Haji dengan uang tabungannya.
Saat ditemui di kediamannya, nenek Jumiah bercerita, dahulu dia tinggal bersama suami di gubuk kecil dengan berjualan makanan.
Baca juga: Hasil Operasi Patuh Candi 2022, Tren Pelanggaran Lalulintas di Kabupaten Tegal Menurun
Setelah sang suami meninggal, Jumiah tinggal sebatang kara di rumah peninggalan keduanya.
Sedangkan anak-anak tirinya sudah berkeluarga dan hidup terpisah.
Sejak itu, Jumiah mulai menjajaki profesi barunya sebagai tukang pencari rosok atau pemulung.
Setiap hari dia mencari barang-barang bekas menyusuri jalanan di wilayah Kota Kendal dan sekitarnya untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah.
Baca juga: RSUD RA Kartini Jepara Bantah Ada Pelecehan Seksual, Ancam Perkarakan Pasien Jika Tak Minta Maaf
Nenek 80 tahun ini biasa mulai memulung pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB.
Seberapa banyak barang yang ia dapat selalu disyukuri tanpa mengeluh dengan keadaan.
"Enggak mesti (mulungnya, red). Kadang jauh, berangkatnya jalan kaki, pulangnya becak. Enggak kuat bawa rosok," terangnya, Selasa (28/6/2022).
Keteguhannya mencari barang-barang bekas semata-mata tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari.
Baca juga: PLN UIP JBT Berikan Bantuan TJSL untuk Pengembangan Bank Sampah Taruna Karya Mekarsari
Jumiah mempunyai cita-cita bisa pergi ke Tanah Suci untuk berhaji dengan uang hasil kerja kerasnya yang disihkan.
Impian itu ia genggam kuat sejak suaminya meninggal dengan menjadi seorang pekerja keras dan berhasil mengumpulkan tabungan Rp 22 juta.
Jumiah mengaku, tabungan puluhan juta itu tidak akan terkumpul tanpa bantuan anak tirinya.
Setiap mendapatkan uang dari hasil penjualan rosok, Jumiah menyisihkan sebagaiannya untuk kebutuhan makan sehari-hari.
Baca juga: 1.000 Dosis Vaksin Tahap Pertama untuk Antisipasi PMK di Banyumas
Selebihnya ia titipkan kepada anak tirinya untuk ditabungkan.
"Saya nabungnya ke anak, enggak dihitung jumlahnya. Kalau ada saya kasihkan ke anak," ujar dia.
Pendapatan Jumiah dari hasil memulung tidak menentu.
Terkadang, dia mendapatkan uang Rp 35.000 - Rp 60.000 dalam sepekan, tergantung seberapa banyak hasil rosok yang didapatkannya.
Baca juga: Komitmen Berantas Narkoba, Wali Kota Aaf Ingin Wujudkan Kota Pekalongan Bersinar
Uang yang tidak seberapa itu dia bagi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan menabung. Semuanya dikerjakan dengan ikhlas tanpa harus meminta-minta kepada tetangga.
Hingga akhirnya, sang nenek berhasil mengumpulkan tabungan puluhan juta.
Uang hasil jerih payahnya yang semula untuk berangkat Haji digunakan untuk membeli sapi agar bisa berkurban tahun ini.
Dia ingin, kelak bisa naik sapi kurban bersama orang-orang yang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Seperti, suami, orangtua, dan saudara-saudaranya.
Baca juga: Gubernur Ganjar Bangga Baznas Jateng Anggarkan 15 Persen Khusus Kebencanaan
Jumiah tak melupakan niatnya untuk pergi ke Tanah Suci.
Dia pun mulai mengumpulkan kembali tabungan agar bisa menunaikan ibadah Haji.
"Senang bisa kurban, besok bisa naik sapi. Nabung lagi buat Haji," tuturnya.
Saat ini, dana tabungan Jumiah sudah dibelikan seekor sapi oleh cucunya.
Baca juga: Kuota Siswa Belum Terpenuhi, Dinas Pendidikan Kota Pekalongan Persilakan SMP Buka PPDB Offline
Rencananya, sapi Jumiah akan disembelih di Masjid Besar Darul Muttaqin Kebondalem bersamaan penyembelihan hewan kurban lainnya.
Ketua panitia penyembelihan hewan kurban Masjid Besar Darul Muttaqin Kebondalem, Khoirur Roziqin mengatakan, Jumiah sudah memasrahkan sapinya untuk disembelih bersama hewan kurban lain di masjid.
Dia mengaku kagum dengan kerja keras sang nenek hingga bisa berkurban seekor sapi.
Apalagi, kondisi ekonomi Jumiah tergolong sebagai keluarga kurang mampu.
Khoirur Roziqin berharap, kegigihan nenek 80 tahun itu bisa contoh untuk semua pihak tanpa terkecuali.
Menggambarkan kegigihan, keuletan, kesabaran, dan kerja keras tanpa lelah seorang perempuan lanjut usia berhasil menggapai cita-cita dengan kedua tangannya.
Baca juga: DPRD Jateng Minta Pemerintah Pusat Kaji Ulang Kebijakan Pembelian Minyak Goreng
"Tentu kami kagum dengan perjuangan Mbah Jum (Jumiah)."
"Nanti sapi dari Mbah Jum akan disembelih bersama hewan kurban lainnya."
"Total ada 4 ekor sapi dan 9 ekor kambing yang akan disembelih di Masjid Darul Muttaqin dari warga sekitar."
"Kami berkomitmen akan menjaga amanah para warga yang berkurban, serta membagikan daging kurban sesuai dengan ketentuan syariat yang ada," terang dia. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pantura/foto/bank/originals/Jumiah-pemulung-Kendal.jpg)