Berita Tegal

Mengenal Kera Raksasa dari Semedo Tegal, Fosilnya Diyakini Sama dengan Gigantopithecus di Hongkong

Temuan fragmen fosil tulang rahang bawah kera raksasa atau Gigantopithecus, di situs Museum Semedo menjadi hal fenomenal di dunia arkeologi.

Tribunpantura.com/Istimewa
Kepala Unit Museum Situs Semedo Gatut Eko Nurcahyo (pakai batik), saat menjadi narasumber dalam siniar atau podcast Loken Humas Pemkab Tegal yang berlangsung beberapa waktu lalu di Trasa Co-Working Space. 

TRIBUN-PANTURA.COM, SLAWI - Temuan fragmen fosil mandibula (tulang rahang) bawah kera raksasa atau Gigantopithecus, di situs Museum Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal oleh warga lokal menjadi hal fenomenal di dunia arkeologi nasional. 

Sebab, fosil primata terbesar yang pernah hidup di muka bumi ini untuk pertama kalinya ditemukan secara tidak sengaja di sebuah toko obat herbal di Hongkong pada tahun 1935 oleh G.H.R von Koenigswald.

Kini, fosil yang sama juga ditemukan di Kabupaten Tegal.

Von Koenigswald adalah seorang paleontolog dan geolog berkebangsaan Jerman-Belanda, kemudian menamai spesies dalam genus kera ini sebagai Gigantopithecus Blackie.

Kepala Unit Museum Situs Semedo Gatut Eko Nurcahyo mengatakan, fragmen fosil Gigantopithecus di Semedo sendiri untuk pertama kalinya ditemukan Dakri, warga desa setempat pada tahun 2014.

Baca juga: Pilbup Tegal, Paslon Bima-Mujab Luncurkan Gerakan Kabeh Bisa Dadi Juru Bicara dan Bisa Gotong Royong

Sebelumnya, ia juga menemukan fosil bagian tengkorak kepala Homo Erectus di tahun 2011. 

Penemuan kedua fosil Gigantopithecus di lokasi yang berbeda terjadi tahun 2022 oleh Susworo, warga desa setempat.

Kedua temuan fosil ini mengundang perhatian banyak ilmuwan, termasuk salah satunya Dr Sofwan Noerwidi yang kini menjabat Kepala Pusat Riset Arkeometri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 

"Dialah yang pertama mengawali identifikasi temuan fosil ini dengan melakukan kajian morfologi dan morfometri."

"Sehingga ditemukan adanya kesamaan pada fosil Gigantopithecus temuan Von Koenigswald," ungkap Gatut, Kamis (31/10/2024).

Menurut Gatut, riset tentang fosil kera yang tingginya hingga tiga meter ini bahkan dilakukan sampai ke Jerman dan masih terus berlangsung hingga sekarang. 

Baca juga: Polres Tegal Berhasil Tangkap 4 Tahanan yang Kabur, 2 Orang Masih Buron

Hasil riset lanjutan secara komprehensif baru akan dirilis tahun 2025.

Selanjutnya, guna memudahkan penyebutan Gigantopithecus oleh kalangan publik, Gatut mempersilahkan masyarakat menamakannya dengan istilah si Ophit atau batire Ophit. 

Penyebutan ini merupakan bagian dari upaya pihaknya mengenalkan kera raksasa kepada publik agar lebih familiar, selain menciptakan sosok ikonik dan fenomenal asal Desa Semedo, Kabupaten Tegal.

Si Ophit dikatakan fenomenal karena tempat ditemukannya berada di luar habitat aslinya di Tiongkok Selatan yang beriklim sub tropis. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved