TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Seorang relawan uji klinis vaksin Covid-19 dari Sinovac dinyatakan positif Covid-19.
Relawan tersebut diketahui memiliki riwayat perjalanan ke Kota Semarang.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Moh Abdul Hakam mengatakan, penularan belum tentu terjadi di Kota Semarang.
Pasien yang bersangkutan perlu dipastikan riwayat perjalanannya selama 14 hari selain pergi ke Semarang.
• Disdikbud Kendal Tahan Simulasi Pembelajaran Tatap Muka hingga Covid-19 Mereda
• Tiga Unit Pertashop Hadir di Kabupaten Tegal, Apa Bedanya dengan Pertamini?
• Seorang Pria Terancam Penjara Seusai Tinggalkan Selingkuhannya yang Kejang Pasca Berhubungan Seks
• Harga Emas Antam di Semarang Hari ini Mengalami Kenaikan Rp 1.000 Berikut Daftar Lengkapnya
Jalur yang ditempuh juga harus dilakukan penelusuran.
"Dia divaksin kapan? Ke Semarang kapan? naik apa? harus ditanyakan detail, tidak tiba-tiba dari Semarang positif. Kaya gitu menyudutkan kami," ujarnya, Jumat (11/9/2020).
Menurut Hakam, vaksinasi bisa saja belum sempurna dan virulensi virus yang masuk tinggi.
Apalagi, efektifitas vaksin belum dinyatakan 100 persen.
"Masih uji klinis yang ketiga. Kita harus mengetahui faktor risiko. Vaksin memasukan benda asing. Sistem kekebalan tubuhnya baru diuji, belum teruji," tambahnya.
Terpisah, Ketua Tim Riset Uji Klinis Fase 3 Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Unpad, Prof Kusnandi Rusmil menyebut relawan tersebut belum diketahui mendapat suntikan plasebo atau vaksin.
“Relawan tersebut setelah mendapatkan suntikan (tidak diketahui vaksin atau plasebo) pertama, bepergian ke luar kota,” ujar Ketua Tim Riset Uji Klinis Fase 3 Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Unpad, Prof Kusnandi Rusmil dalam rilisnya, Kamis (10/9/2020).
Kusnandi menjelaskan, pada kunjungan suntikan kedua, relawan secara klinis dinyatakan sehat dan diberikan suntikan kedua.
Keesokan harinya, relawan menjalani program pemeriksaan swab nasofaring dari Dinas Kesehatan karena ada riwayat ke luar kota.
Oleh petugas dilakukan pengambilan bahan dari apus hidung dan kemudian dikirimkan ke laboratorium BSL2 dengan hasil positif.
Hasil ini disampaikan pada yang bersangkutan.
Orang tersebut kini menjalani isolasi mandiri dan dipantau secara ketat setiap hari.
Selama 9 hari pemantauan, kondisi relawan dalam keadaan baik.
“Jadi, hasil pemeriksaan apus hidung positif bukan berasal dari tim penelitian tapi hasil dari program pemeriksaan swab nasofaring oleh pemerintah,” ucap dia.
Kusnandi mengingatkan, dalam uji klinis terdapat dua kelompok, yakni yang mendapat plasebo dan vaksin.
Palasebo memang tidak memiliki khasiat apapun. Sedangkan vaksin bisa menumbuhkan imunitas.
• Menteri Perindustrian Usulkan Relaksasi Pajak Mobil untuk Dorong Industri Otomotif
• Diming-imingi Burung, Bocah Lelaki 6 Tahun Dicabuli Pemuda Pengangguran 20 Tahun
• Siapkan Kipas Portabel! Suhu di Kota Semarang Bisa Capai 35 Derajat Celcius Hari Ini
• Sama-sama Belum Pernah Menang, Bisakah Timnas U19 Tundukan Arab Saudi Nanti Malam?
Uji klinis ini dilakukan dengan prinsip observer blind atau tersamar, sehingga tidak diketahui mana yang dapat plasebo dan mana yang mendapat vaksin.
“Karenanya, semua relawan diimbau wajib menerapkan protokol pencegahan yang sudah dianjurkan pemerintah,” ucap dia.
Pada relawan yang mendapat vaksin, kekebalan diharapkan muncul paling cepat dua minggu pasca-suntikan kedua.
Sukarelawan uji klinik pun masih akan dipantau kesehatannya selama 6 bulan setelah mendapat suntikan vaksin terakhir. (Eka Yulianti Fajlin/ Kompas.com)