Gunung Merapi

Fenomena Ini Terjadi di Gunung Merapi Sebelum Statusnya Menjadi Siaga

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fenomena awan topi di Gunung Merapi

TRIBUN-PANTURA.COM,SEMARANG- Balai Penyeledikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menginformasikan bahwa status aktivitas Gunung Merapi naik dari level II atau waspada menjadi level III atau siaga.

Status siaga ditetapkan pada pukul 12.00 WIB, Kamis (5/11/2020).

Sebelumnya, pada Kamis pagi, gunung yang berlokasi di dua provinsi: Yogyakarta dan Jawa Tengah, tersebut 'bertopi'.

Baca juga: UMK Kota Tegal Disepakati Naik 3 Persen, Tambah Rp 57 Ribu

Baca juga: Timses Paslon Tiwi-Dono di Pilkada Purbalingga Pertanyakan Netralitas Bawaslu

Baca juga: Ganjar Sebut Arah Erupsi Merapi ke Wilayah Klaten, Boyolali dan Magelang Diminta Tetap Siaga

Baca juga: PGN Alirkan Gas Bertahap ke 6.706 Rumah Tangga di Semarang Barat

Sekitar puncak Merapi terdapat awan yang berbentuk seperti topi atau piring. Bahkan ada yang menyebut seperti Unidentified Flying Object (UFO).

Setelah awan lenticular tersebut terjadi, tidak berselang lama, Merapi dinyatakan naik status.

Apakah ada pengaruh antara keberadaan awan tersebut dengan kenaikan status level Merapi?

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang, Iis W Harmoko, menuturkan tidak ada pengaruh atau berhubungan dua fenomena alam tersebut.

"Tidak. Tidak ada hubungannya," kata Iis, kepada Tribun Jateng, Kamis (5/11/2020).

Munculnya awan ini, kata dia, tidak ada kaitannya dengan kejadian bencana alam.

Awan ini, kata dia, terperangkap dalam atmosfer bawah. Terbentuk dari hasil pergerakan angin yang menabrak dinding penghalang besar seperti pegunungan atau gunung. Yang akhirnya membentuk mengikuti kontur puncak gunung atau seperti sebuah pusaran.

Kelembaban udara yang basah di gunung juga mempengaruhi terbentuknya awan tersebut.

"Uap air tersebut mulai berkondensasi menjadi awan mengikuti kontur puncak gunung. Ketika udara tersebut melewati puncak gunung, proses kondensasi akan berhenti berlangsung. Ini yang membuat awan lenticular seolah-olah terlihat tidak bergerak," jelasnya.

Karena itu, awan ini tampak diam dalam waktu cukup lama. Iis menyebut terbentuknya awan tersebut memang tidak sampai seharian, tapi sampai beberapa jam.

Meskipun tidak berpengaruh terhadap peningkatan status, fenomena alam indah ini cukup ditakuti para pilot pesawat.

Baca juga: Bertemu Wakil Ketua MPR, Anggota Dewan Titip Aspirasi Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Pekalongan

Baca juga: Jadwal Samsat Keliling Kota Tegal Jumat 6 November, Buka di 8 Lokasi

Baca juga: Jadwal Samsat Keliling Kabupaten Tegal Hari Ini, Jumat 6 November 2020 Ada di Tiga Lokasi.

Baca juga: Prakiraan Cuaca di Wilayah Tegal Raya Jumat 6 November 2020, Hujan Sedang Pada Sore Hingga Malam

Lenticular dapat menyebabkan turbulensi pada pesawat yang nekat masuk ke awan atau terbang di dekatnya.

Halaman
12