Berita Semarang

Pabrik Air Minun Pertama Berada di Semarang, Bule Belgia Cari Tutup Botolnya di Kota Lama

Penulis: iwan Arifianto
Editor: Rival Almanaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang warga melintas di depan eks pabrik Hygeia yang tercatat sejarah sebagai pabrik minuman mineral kemasan pertama di Indonesia yang kini berdampingan dengan pasar Ikan Hias Jurnatan Jalan K.H. Agus Salim, Semarang Tengah, Kota Semarang, Kamis (26/11/2020).

Sagiyo mengatakan, bangunan pabrik itu memiliki luas sekira 5.000 meter persegi. 

Kini difungsikan sebagai gudang penyimpanan dekorasi untuk pameran kota lama. 

"Isi bangunan tinggal dekorasi itu, alat-alat pabrik sudah dijual oleh pemilik," bebernya. 

Sebelum difungsikan sebagai gudang, menurutnya, pabrik minuman itu sempat beralih fungsi sebagai pabrik limun. 

Lantas berubah drastis menjadi pabrik sabun cuci. 

Kemudian menjadi pabrik minyak goreng yang cukup dikenal di Kota Semarang yakni minyak goreng merek Orbolin. 

Minyak goreng itu dikenal sebagai minyak goreng berkualitas tinggi di Kota Semarang. 

"Untuk tahun persisnya perkembangan sejarah tersebut saya tidak tahu pasti karena saya baru kerja di sini tahun 1979," katanya. 

Seorang warga yang enggan diungkap identitasnya, pernah menjadi distributor tetap minyak goreng Orbolin. 

Terakhir dia membeli minyak goreng di tempat tersebut pada tahun 1995.

"Dulu minyak goreng ini paling bagus, sekarang sudah tidak ada," katanya. 

Sementara itu, Ahli cagar budaya dari Unika Soegijapranata Semarang,Tjahjono Raharjo mengatakan, Hygeia merupakan pabrik air kemasan pertama di Indonesia yang sudah ada sejak tahun 1901.

Baca juga: Viral di Pemalang, Pohon Tua di Areal Pemakaman Terbakar, Begini Imbauan Kades

Baca juga: Majelis Hakim Tolak Eksepsi Wasmad Penyelenggara Konser Dangdut Viral di Tegal 

Baca juga: Wisata di Banyumas Ditutup Hingga Desember untuk Pencegahan Virus Corona

Baca juga: Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Tegal Kelompokan UMKM dalam Berbagai Klaster

Dikelola oleh Hendrik Freerk Tillema yang berasal dari Belanda yang berprofesi asli sebagai apoteker. 

"Pabrik itu tutup mungkin karena adanya perubahan zaman apalagi ada penjajahan Jepang dan lainnya. Namun alasan pasti tutupnya pabrik itu saya tidak tahu persis," ujarnya saat dihubungi Tribun-Pantura.com. 

Berdasarkan nilai sejarah, kata Tjahjono, bangunan pabrik itu seharusnya ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya. 

"Usia bangunan itu sudah ada 100 tahun, selayaknya masuk sebagai bangunan cagar budaya," bebernya. 

(Iwn)