TRIBUN-PANTURA.COM, PURBALINGGA - Di halaman sebuah restoran di kota Purbalingga, Susanti menanti keberuntungan.
Begitupun teman-temannya sesama driver ojek online (Ojol) yang nge-tem bersamanya.
Mereka memiliki tatapan sama, penuh pengharapan.
Sayang di masa pandemi Covid 19 ini, pelanggannya jauh berkurang.
Baca juga: Proyek Meningkatankan Pelayanan Publik di Kabupaten Batang Telan Anggran Rp 27,4 Miliar
Baca juga: Bule Keluyuran Naik Motor Tak Pakai Masker di Tembalang Terjarinh Razia, Ini Sanksi yang Diberikan
Baca juga: 3 ASN di Pemkab Pekalongan Positif Covid-19, Klaster Perkantoran Bertambah
Baca juga: Disdikbud Kendal Segera Susun Skema Proses Pembelajaran Secara Tatap Muka
Bahkan, di awal-awal pandemi dulu, ia pernah seharian tak dapat orderan.
Alhasil Santi hanya menghabiskan waktu untuk menungu pelanggan.
Banyak tenaganya hanya terbuang.
Padahal, Bahan Bakar Minyak (BBM) di kendaraan matic nya sudah banyak tersedot karena perjalanan panjang.
Dari tempat tinggalnya, Desa Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan menuju kota Purbalingga, tempatnya mengais rizki cukup jauh.
“Malah tombok. Kejadian di awal-awal pandemi dulu, pernah gak dapat penumpang,”katanya, Jumat (27/11/2020)
Santi saat ini sedang libur mengojek. Pasalnya, ia sedang mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) secara virtual yang cukup menyita waktunya.
Iya, di luar aktivitasnya mengojek, Santi adalah seorang guru honorer di Sekolah Dasar (SD) Negeri di desanya.
Ia mengambil pekerjaan sambilan sebagai driver ojol karena desakan ekonomi.
Gajinya sebagai guru honorer tak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
Sementara suaminya hanya buruh serabutan.
Hingga akhirnya, atas seizin suami, tahun 2018, ia mendaftar sebagai driver ojol.
Pulang mengajar, ia lepas pakaian seragam. Ia menggantinya dengan jaket ojol bercorak hijau pemberian perusahaan.
“Sebelum pandemi, penghasilan dari driver ojol lumayan,”katanya.
Pandemi benar-benar memukul pendapatannya.
Masyarakat mengurangi aktivitas bepergian.
Rumah makan yang bekerjasama dengan perusahaan ojol jarang menerima pesanan.
Ini salah satu momentum paling memilukan.
Niat mencari penghasilan tambahan, Santi justru mendapat ujian.
Tapi Santi tak patah arang. Di masa pandemi, ia tetap mengojek.
Bagaimanapun, pekerjaan itu sudah menjadi andalannya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Masa sulit pandemi justru memantiknya untuk bekerja lebih keras lagi. Ia berpikir untuk mencari penghasilan tambahan kembali.
Ia memanfaatkan relasi daringnya untuk berjualan. Sembari menunggu orderan penumpang, Santi menawarkan sejumlah produk yang laku jual.
Di rumah, Santi juga memproduksi telur asin yang ia pasarkan via online.
“Saya jual telur asin, madu, durian juga,”katanya.
Dengan cara itu, Santi bisa memeroleh penghasilan tambahan.
Santi bukannya tak takut ancaman virus corona. Ia manusia biasa yang tak kebal penyakit.
Hanya hidup baginya harus terus bergerak. Karena kebutuhan akan terus mendesak.
Ia sadar pekerjaannya penuh risiko. Ia harus berinteraksi dengan penumpang yang tiap hari ganti.
Berbagai tempat harus ia kunjungi tanpa ia tahu riwayat orang yang singgah disana.
Karena kesadaran itu, Santi berusaha mematuhi protokol kesehatan, khususnya saat bekerja.
Perusahaan ojolnya pun telah memberikan rambu-rambu atau aturan prokes yang harus ditaati setiap karyawan sepertinya.
Santi mencontohkan, ia harus menyemprot jok sepeda motornya dengan hand sanitizer usai menaikkan penumpang.
Ini dilakukan agar joknya steril dari kuman sehingga memberikan rasa aman dan nyaman untuk penumpang berikutnya.
Saat mendapat order untuk mengantar makanan, Santi tidak memberikan langsung makanan itu ke penerima secara berhadapan.
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Tegal Sabtu 28 November 2020, 9 Wilayah di Tegal Raya Alami Hujan Lebat
Baca juga: DPRD Kabupaten Pekalongan Ketok Raperda APBD Tahun 2021
Baca juga: Seorang Pria Ditemukan Meninggal Gantung Diri di Tembalang Semarang
Baca juga: Investasi Bodong Gula Jawa, Warga Bogor Tipu Warga Pekalongan Lebih dari Rp 230 Juta
Tetapi ia menaruh makanan itu sehingga terhindar dari kontak langsung.
“Kalau pelanggan ngasih uang tunai, ditaruh diamplop,”katanya.
Santi mengatakan, tanpa ia memberi tahu, sebagian pelanggan sudah paham terkait protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus corona.
Dengan begitu, ia sebagai pekerja merasa lebih aman dan tenang, demikian halnya pelanggan karena sama-sama mematuhi protokol kesehatan. (*)