Penanganan Corona

Hasil Rapid Test Antigen Jadi Syarat Bepergian, Bagaimana Akurasinya Dibanding Tes Covid-19 Lain?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi tes swab atau rapid test antigen.

Sebagian besar hasil positif palsu diperkirakan disebabkan kontaminasi laboratorium atau masalah lain dengan cara laboratorium melakukan pengujian, bukan keterbatasan pengujian itu sendiri.

Tes molekuler menggunakan usap hidung biasanya merupakan pilihan terbaik, karena hasil negatif palsu lebih sedikit daripada tes diagnostik lain atau sampel dari usap tenggorokan atau air liur.

Namun, orang-orang yang berada di rumah sakit mungkin memiliki jenis sampel lain yang diambil.

3. Rapid test antibodi (disebut juga tes serologi)

Tes ini meneliti sampel darah seperti rapid test yang sebelumnya gencar dilakukan di Indonesia. Tes darah ini mengidentifikasi antibodi yang diproduksi sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap infeksi virus.

Rapid test antibodi tidak dapat memberitahu seseorang terinfeksi sekarang. Akan tetapi, rapid test antibodi dapat secara akurat mengidentifikasi infeksi masa lalu.

Terkait akurasi, melakukan tes antibodi terlalu dini dapat menyebabkan hasil negatif palsu.

Itu karena sistem kekebalan membutuhkan satu atau dua minggu setelah infeksi untuk menghasilkan antibodi.

Tingkat negatif palsu yang dilaporkan adalah 20 persen.

Namun, kisaran negatif palsu adalah dari 0 persen hingga 30 persen, tergantung pada penelitian dan kapan tes dilakukan selama infeksi.

Penelitian menunjukkan tingkat antibodi mungkin berkurang hanya dalam beberapa bulan.

Akurasi sebenarnya belum pasti

Semua jenis tes itu baru, karena virus corona penyebab Covid-19 juga tergolong baru.

Tanpa rekam jejak yang panjang, penilaian akurasi hanya bisa berupa perkiraan.

Seberapa hati-hati spesimen dikumpulkan dan disimpan dapat memengaruhi keakuratannya.

Halaman
1234