TRIBUN-PANTURA.COM,SEMARANG- Provinsi Jawa Tengah serius mengembangkan desa wisata. Pasalnya, sektor ini dinilai jadi satu penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup besar.
Pemprov juga telah memilik Peraturan Daerah (Perda) tentang desa wisata untuk mengembangkan potensi wisata yang tersebar di 35 kabupaten/kota.
Meskipun demikian, pengembangan desa wisata di Jateng masih perlu lebih dioptimalkan. Hal ini agar kontribusi terhadap PAD juga bisa lebih meningkat.
Baca juga: Sempat Tertutup Longsor, Akses Jalan Utama di Watukumpul Pemalang Sudah Bisa Dilalui
Baca juga: Ponsel-ponsel yang Tak Bisa Lagi Akses WhatsApp Per 1 Januari 2021, Simak Berikut Daftarnya
Baca juga: Fakta-fakta Gisel dan MYD Jadi Tersangka Video Syur, Dibikin saat Masih Berstatus Istri Sah Gading
Untuk mempelajari pengembangan desa wisata Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah menyambangi Desa Wisata Nglanggeran, Putuk, Gunung Kidul, Yogyakarta pada Senin (28/12/2020).
"Desa Wisata Nglanggeran di Yogyakarta telah terbukti sukses dalam tata kelola sehingga dapat berkontribusi terhadap PAD provinsi setempat," kata Ketua Komisi C DPRD Jateng, Asfirla Harisanto, Selasa (29/12/2020).
Bahkan, lanjutnya, desa wisata yang menjadi inspirasi penyanyi campursari, mendiang Didi Kempot ini dinobatkan sebagai desa wisata terbaik di Asia Tenggara atau ASEAN.
Rata-rata kunjungan setiap tahunnya kisaran 150 ribu orang. Kawasan gunung berapi purba ini pernah mencatatkan rekor jumlah kunjungan tertinggi pada 2014 dengan jumlah kunjungan 325.303 orang. Dari data tersebut, sebanyak 324.827 merupakan wisatawan lokal dan sisanya berasal dari wisatawan asing.
Untuk kontribusi terhadap pemerintah daerah setempat juga cukup tinggi. Misalnya, pada 2018 destinasi ini menyumbang retribusi Rp284 juta untuk pemerintah setempat.
"Studi banding ini diharapkan ilmu yang diperoleh dapat menjadi bahan pembelajaran guna mengembangkan desa wisata yang dimiliki Jawa Tengah," ujar politikus yang akrab disapa Bogi ini.
Legislator dari Fraksi PDI Perjuangan ini menuturkan sebetulnya Jateng memiliki banyak sekali potensi desa wisata yang sayang jika tidak dikembangkan.
Menurutnya, selain bisa menjadi penyumbang pendapatan daerah, pengembangan desa wisata juga memiliki multiplayer effect yang luar biasa, khususnya dalam memajukan taraf ekonomi masyarakat setempat.
Seperti halnya Nglanggeran dimana pengelola menangkap peluang bisnis dari hasil menjual pengolahan hasil bumi daerah di desa wisata tersebut. Petani sekitar terkena imbas positif.
Seperti misalnya mendirikan kelompok tani yang beranggotakan warga sekitar yang menanam kakao. Hasil panen ini diolah menjadi beragam produk makanan atau minuman cokelat.
Sementara, Wakil Ketua Komisi C DPRD Jateng, Sriyanto Saputro, menambahkan pihaknya ingin memacu BUMD Jawa Tengah yang bergerak di sektor kepariwisataan agar bisa lebih berdaya guna.
Terlebih pada masa pendemi Covid-19 seperti saat ini, sangat diperlukan inovasi-inovasi baru agar wisata di Jawa Tengah masih tetap tumbuh.