Tak semrawut seperti dulu saat di jalanan.
Apalagi dia juga bisa sembari merawat Ayahnya yang sakit stroke.
"Sekarang Ayah sakit, dia senang sudah ada saya di sini."
"Dulu Ayah kerja di Jakarta jual alat kesehatan," bebernya.
Dia pun mengenang, perjalanan bisa terjerumus ke kehidupan jalanan.
Dia sedari kecil sudah diintensifkan oleh ayahnya masuk ke Pondok Pesantren.
Hal itu dilakukan saat Yuda mulai menempuh pendidikan PAUD.
Dia pernah mencicipi pesantren di Bogor, Klaten, Tangerang dan Salatiga.
"Ketika di Salatiga di sebuah Pondok Dakwah."
"Saya di situ mulai nakal dan memilih kabur beberapa kali terus saya dipulangkan ke rumah."
"Sehari di rumah saya memilih kabur ke jalanan," terangnya.
Singkat cerita, selama hidup di jalanan dari lulus SD hingga tahun 2020 asam garam hidup di jalanan pernah dialami.
Mulai dari perkelahian, minuman keras dan lainnya.
Dia paling teringat saat temannya ditemukan meninggal di mutilasi oleh orang tak dikenal di Tangerang beberapa tahun silam.
"Ada suka dan dukanya hidup di jalanan."