TRIBUN-PANTURA.COM, PEMALANG - Talita (45) di temani putrinya Tasya (6) Rosmala tengah sibuk menata barang dagangan.
Talita merupakan satu di antara pedagang di Alun-alun Kabupaten Pemalang.
Sembari menyiapkan dagangan, Talita warga Desa Kebondalem, Kecamatan Pemalang itu terus menunjukan wajah sumringahnya.
Pasalnya, beberapa pelanggannya sudah menunggu meski dagangan berupa es kelapa muda belum siap disajikan.
Baca juga: Belajar Tatap Muka Siswa PAUD, SD, dan SMP di Kabupaten Tegal Kembali Diundur
Baca juga: Jembatan Penghubung Desa di Kecamatan Randudongkal Pemalang Amblas, Warga Harus Memutar 65 Kilometer
Baca juga: Pekan Depan, BPBD Akan Pasang EWS di Desa Bodas Pekalongan
Baca juga: BMKG Ingatkan Ada Potensi Gempa Susulan dan Tsunami di Majene
"Sebentar ya pak, baru buka soalnya," papar Talita dengan logat ngapak kepada pelanggan yang menunggu, Jumat (15/1/2021).
Dibantu putri kecilnya, Talita terlihat sigap menyiapkan beberapa bahan untuk membuat es kelapa muda.
Tak begitu lama, pesanan pelanggan pun ia antarkan, dan kembali menunggu datangnya pelanggan lainya.
Sembari menunggu ia menuturkan, di pendapatannya mulai merangkak naik meski di tengah pandemi Covid-19.
"Kalau akhir tahun lalu benar-benar sepi, tak jarang saya pulang tanpa membawa untung, karena tidak ada pelanggan," ujarnya.
Meski demikian, Talita mengaku beberapa pekan terkahir sudah banyak pelanggan yang datang ke tempat ia berdagang.
"Kalau sekarang lumayan, bisa 10 sampai 20 oramg sehari. Ya Alhamduliah," paparnya.
Selain menceritakan kondisi usahanya, ia juga menuturkan melakukan penghematan pengeluaran keluarga di tengah pendemi.
"Saya tegas kalau masalah penghematan, bahkan jatah rokok suami saya sunat. Kalau tidak seperti itu, tak bisa bertahan di tengah pandemi Covid," ucapnya.
Baca juga: Update Covid-19 di Kabupaten Tegal, Dalam Empat Hari Bertambah 103 Kasus Baru Virus Corona
Baca juga: Harga Emas Antam di Semarang 15 Januari 2020 Mengalami Kenaikan Rp 1.000 Berikut Daftar Lengkapnya
Baca juga: Gagal Bersinar, Real Madrid Kembalikan Luka Jovic ke Eintracht Frankfurt
Talita menjelaskan, suamninya hanya dijatah Rp 15 ribu untuk sehari, terutama untuk membeli rokok.
"Kan rokok bukan kebutuhan primer, jadi ya harus saya batasi. Tapi suami saya menurut dan sepakat. Tidak hsnya itu, banyak yang saya hemat di tengah situasi sulit ini," imbuhnya.
Ditambahkannya, penghematan menjadi kunci bertahan di tengah pandemi Covid-19.
"Jam dagang juga dibatasi, meski mulai ramai namun pelanggan tidak banyak sebelum ada Covid-19. Untuk bertahan tentunya harus berhemat," tambahnya. (bud)