Ia bahkan sempat merantau ke Bogor bersama temannya untuk membuka usaha warung makan seafood.
"Saking ingin mandiri, saya ikut teman usaha warung di Bogor, sampai bantu nyuci-nyuci piring. Tapi lalu saya pulang ingin berjualan ikan," ingatnya.
Menurut Irawan, Desa Dermasandi terkenal sebagai sentral UMKM olahan ikan di Kabupaten Tegal.
Ada sebanyak 200 industri rumahan olahan ikan.
Desa Dermasandi bukan wilayah pesisir, jaraknya pun dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) cukup jauh, sekira 11 kilometer.
Tetapi hampir semua pemasok ikan di pasar-pasar tradisional berasal dari Desa Dermasandi, seperti ikan panggang, ikan pindang, ikan asap, dan ikan teri.
"Seperti saya pemasarannya mulai dari Pasar Kemantran, Pasar Bojong, Pasar Balamoa, Pasar Lebaksiu, Pasar Tuwel, Pasar Bawang, hampir ada di semua pasar," ungkapnya.
Terbantu Program KUR BRI
Irawan bercerita, saat memulai usaha terinya pada 2012, dia nekat mengambil pinjaman modal program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Saat itu dia mendapatkan pinjaman Rp 10 juta dengan masa angsuran dua tahun.
Dari bantuan permodalan tersebut, produksi ikan terinya meningkat dan pasarnya semakin luas.
"Saya masih bujangan, tapi berani ambil KUR. Syarat-syaratnya juga mudah, punya usaha dan surat keterangan usaha dari kelurahan," katanya yang juga Ketua Kelompok Olahan Ikan Sumber Laut.
Program KUR tersebut dampaknya sangat dirasakan Irawan.
Dia pun kembali mengambil pinjaman modal KUR sebanyak Rp 15 juta pada 2014, Rp 20 juta pada 2016, dan terakhir Rp 50 juta pada 2022.
Selain usahanya yang bertambah lancar, ia juga bisa membangun rumah dan mendaftar haji untuk pemberangkatan tahun 2028.
"Keuntungan buat saya pribadi, dari yang gak punya modal jadi punya. Usaha berkembang dan membuat semakin bangga dengan apa yang saya miliki sekarang," ungkapnya.