"Dari omzet normal menurun drastis. Mau tidak mau, produksi dikurangi," ingatnya.
Rojikin bersyukur, usaha ikan asap dan ikan pindangnya bertahan dan jumlah penjualan berkembang pesat.
Dari yang semula produksi harian hanya 50 kilogram per hari, kini mencapai 120 kilogram- 150 kilogram.
Salah satu kunci suksesnya adalah menjaga kualitas dari cita rasa olahan ikannya. Ia hanya memakai ikan yang masih segar.
"Saya benar-benar memastikan kualitas kesegaran ikan yang dipakai. Sehingga sampai di pembeli, rasanya benar-benar enak dan gurih," ungkapnya yang sudah menjadi nasabah BRI sejak tahun 2006.
Klaster Binaan BRI
Gabungan Kelompok Perikanan (Gapokkan) Rukun Sejahtera mencatat, ada sebanyak 200 rumah industri pengolahan ikan di Desa Dermasandi. Gapokkan sendiri membawahi delapan kelompok yang tersebar di tiap lingkungan.
Mayoritas UMKM pengolahan ikan ini merupakan binaan BRI.
"Jadi kami didampingi BRI terkait pinjaman serta simpanan. Kami di sini fokus pada UMKM pengolah ikan asap, ikan pindang, ikan asin, kerupuk ikan, dan yang berkaitan dengan hasil laut," ungkap Abdul Aziz (32), Ketua Gapokkan Rukun Sejahtera.
Aziz mengatakan, rata-rata anggotanya tergabung dalam program KUR, tetapi sebagian juga sudah ada yang beralih ke Kredit Usaha Pedesaan Rakyat (KUPRA) dan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES).
Selain bantuan permodalan, ada pertemuan berkala untuk pendampingan dan diskusi seputar kewirausahaan.
Kemudian ada juga akses untuk mengikuti bazar UMKM yang diselenggarakan oleh BRI.
"Kami sangat terbantu sekali karena modal usaha perikanan tergolong besar. Tidak hanya ratusan ribu, tapi sampai jutaan untuk perputaran modal dan lain-lain," ujarnya.
Aziz mengatakan, Desa Dermasandi sebagai sentral UMKM pengolahan ikan sudah sampai generasi keempat, meskipun bukan wilayah pesisir.
Bahkan orang-orang dulu mencari pasokan ikannya sampai Brebes, Pekalongan, dan Batang.
Saat ini jenis ikan yang dipakai, yaitu ikan larak, ikan cucut, ikan salem, ikan layang, dan lain-lain.