"Produksi harian, rata-rata di kelompok kami per orang 50 kilogram- 100 kilogram. Pemasaran di seluruh pasar se- Kabupaten Tegal, pasti ada orang Dermasandi," katanya.
Aziz mengatakan, saat pandemi Covid-19, UMKM pengolahan ikan Desa Dermasandi sempat terdampak.
Terutama terkendala pengiriman barang, karena saat itu ada local locdown dan tidak boleh keluar rumah.
"Kalau masa sekarang tantangannya daya beli masyarakat menurun. Tapi alhamdulillah, penjualan masih normal dibandingkan masa pandemi Covid-19," katanya.
Sementara itu, Mantri BRI Unit Balamoa, Ahmad Shobirin mengatakan, mayoritas UMKM pengolahan ikan di Desa Dermasandi merupakan kelompok binaan BRI, jumlahnya sekira 80 persen.
Selama ia mendampingi dalam tiga tahun terakhir, progres usahanya memperlihatkan hasil baik.
Usaha mereka semakin berkembang dari segi pemasaran.
"Kami juga memfasilitasi pemasaran saat ada acara tertentu. Misal Pesta Rakyat Simpedes, kami undang perwakilannya untuk memasarkan produk perikanan dari Desa Dermasandi," ungkapnya.
Menurut Shobirin, BRI juga membantu dengan memberikan bantuan alat usaha.
Karena mereka UMKM pengolahan ikan, maka peralatan yang diberikan seperti kebutuhan pengasapan, kompor gas untuk masak, cerobong asap, tempat penampungan ikan, wajan, dan peralatan ikan lainnya.
"Manfaat menjadi binaan BRI, terutama dalam hal permodalan. Permodalan kembali lancar dan usahanya tambah besar. Jadi kita membantu masyarakat untuk menggeluti usahanya," jelasnya. (*)