Berita Regional
Kisah Pencari Kerja di Masa Pandemi, 15 Kali Lamaran Ditolak Kini Jatuh Bangun Jual Makanan
Pandemi Covid-19 membuat kehidupan semakin puruk. Banyak perusahaan memecat karyawannya hingga belum menerima karyawan baru hingga saat ini.
TRIBUN-PANTURA.COM - Pandemi Covid-19 membuat kehidupan semakin puruk.
Banyak perusahaan memecat karyawannya hingga belum menerima karyawan baru hingga saat ini.
Hal itu membuat jumlah pengangguran meningkat, sementara sangat jarang perusahaan kini membuka lowongan kerja.
Kesulitan melamar kerja itu dialami Junaedi (21) pemuda asal Jakarta.
• Jokowi Minta 40 Aturan Turunan UU Cipta Kerja Dirampungkan Dalam Sebulan, Meski Deadline 3 Bulan
• Jadwal Samsat Keliling di Kabupaten Pekalongan Hari Ini, Rabu 8 Oktober 2020
• Berikut Prakiraan Cuaca BMKG di Pekalongan Raya, Kamis 8 Oktober 2020
• Pemuda Semarang Edarkan Sabu di Kebumen dengan Menyamar Sebagai Ojol
Berulang kali melamar kerja ke lebih dari 15 perusahaan selama masa pandemi Covid-19 ini.
Hasilnya nihil. Surat elektronik berisi surat lamaran kerja yang ia layangkan ke perusahaan idamannya tak pernah berbuah manis.
“Saya kesal, lamar sana sini lewat e-mail enggak dipanggil-panggil. Pas pandemi Covid-19 juga susah buat ngelamar,” kata Junaedi seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (7/10/2020) sore.
Junaedi pada Oktober tahun lalu memutuskan berhenti bekerja setelah dua tahun menjadi barista di sebuah restoran kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.
Dia mengaku ingin mengejar impiannya untuk membuka lapangan kerja.
“Awal awalnya mau buka usaha kopi juga, tapi gagal karena kurang budget dan belum dapat lokasi,” ujarnya.
Usahanya tak berjalan mulus. Ia memutuskan untuk bekerja lagi.
Pil pahit harus Junaedi telan sejak bulan Januari-September resmi menyandang status pengangguran.
Laki-laki lulusan SMK itu harus merasakan getir kehidupan sambil terus berpikir bagaimana cara untuk bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19.
“Sangat lama waktu nganggur. Nganggur aja luntang lantung enggak jelas,” ujar Junaedi sambil mengingat masa-masa itu sambil tertawa.
Pada awal ia menganggur, Junaedi mencoba mencairkan dana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Dana tersebut akan ia gunakan untuk menambah modal untuk membuka usaha dan bertahan hidup.