Berita Tegal

Kisah Said Aqil, Santri API Tegalrejo Pengusaha Kapal Sukses di Tegal, Deg-degan Tak Hafal Alfiyah

Kisah Said Aqil, Santri API Tegalrejo Jadi Pengusaha Kapal Sukses di Tegal, Deg-degan Tak Hafal Alfiyah

Tribunpantura.com/Fajar Bahruddin Achmad
Kang Said Aqil, pengusaha kapal sukses di Tegal berdiri di samping foto keluarga Yayasan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang. Said merupakan alumni pesantren API Tegalrejo. 

"Ini yang sekarang masih saya ingat dan hanya satu bait saja. Di situ, orang itu butuh perjuangan. Di situ dijelaskan agar tidak mundur sejengkalpun."

"itu sangat memotivasi sekali bagi saya," kata Said yang juga aktif sebagai pengurus PCNU Kota Tegal, kepada tribunpantura.com, Sabtu (17/10/2020).

Said bercerita, ia sudah mengenyam pendidikan pondok pesantren sejak masih kecil.

Pertama di usia SD, ia menjadi santri di Pondok Pesantren Al Falah di Desa Jatirokeh, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes.

Kemudian ia melanjutkan menjadi santri di Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang. Ia menjadi santri di Tegalrejo selama enam tahun, sejak 1993 hingga 1999.

Ia juga sempat menjadi santri di pondok pesantren milik Mbah Mawardi di Bantul, Yogyakarta.

Said mengatakan, setelah pulang dari pondok ia kemudian berbisnis dengan membeli satu kapal ukuran di bawah 30 GT.

Namun tidak berjalan lancar. Kapal bolak-balik ke laut namun tidak membuahkan hasil, justru rugi.

Ia pun saat itu memutuskan untuk menjual kapal dan ikut bekerja sebagai karyawan di usaha kapal milik orangtuanya.

“Posisi saya sangat down. Kapal dijual dan saya ikut kerja di usaha orangtua. Ya saya jadi pengurus di kapal bapak saya."

"Saya harus merasakan disuruh-suruh ABK, disuruh-suruh nahkoda untuk melengkapi kebutuhan melaut mereka,” ungkapnya.

Said mengatakan, ia kembali merintis usahanya setelah bekerja di usaha orangtuanya selama lima tahun, dari 2005 sampai 2010.

Kemudian pada 2010, ia membeli satu kapal berukuran di bawah 30 GT dengan harga Rp250 juta.

Ia bersyukur, usaha kapalnya terus meningkat. Saat ini ia memiliki lima kapal berukuran di atas 30 GT dan satu kapal yang masih dipesan.

Said mengatakan, kapalnya melaut dalam jangka waktu dua bulan. Setelah pulang satu kapal mendapatkan ikan sebanyak 30 ton sampai 50 ton.

Kemudian untuk gaji dari bagi hasil yang didapatkan ABK mencapai Rp 7 juta sampai Rp 10 juta. Terkadang jika hasil tangkapan bagus per ABK bisa dapat Rp 10 juta sampai Rp 12 juta.

“Untuk hasil tangkapan cumi diekspor ke luar negeri, China. Dari lima kapal total tangkapan cumi selama dua bulan mencapai 50 ton."

"Untuk ikan lainnya, seperti tongkol, tengiri, kuniran dan lainnya itu dijual ke lokal,” jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved