Berita Pekalongan

Ngopi Surup Bareng Asip Kholbihi, Bahas Modal Utama Santri Sebelum Terjun ke Politik

Bicara santri tentu banyak sekali cerita dan kisahnya. Bahkan, banyak sekali lulusan santri yang sukses menjadi TNI, Polri, pengusaha.

Editor: Rival Almanaf
Tribunpantura.com/Indra Dwi Purnomo
Bakal calon petahana Bupati Pekalongan Asip Kholbihi dan bakal calon wakil Bupati Pekalongan Sumarwati, bersama ketua DPC partai pengusung menggelar rapat koordinasi pemenangan Pilkada 2020. 

TRIBUN-PANTURA.COM, KAJEN - Bicara santri tentu banyak sekali cerita dan kisahnya. Bahkan, banyak sekali lulusan santri yang sukses menjadi TNI, Polri, pengusaha, bahkan banyak santri terjun di dunia politik.

Salah satunya, Asip Kholbihi seorang mantan santri sekaligus pengusaha  yang terjun ke dunia politik.

Tim Tribun Jateng dari program Ngopi Surup belum lama ini mewawancarai khusus, mantan santri yang terjun ke dunia politik.

Melalui program talkshow Ngopi Surup, yang dipandu wartawan Senior Tribun Jateng, Catur Waskito Edy, mereka mengulas banyak hal akan perjalanan mantan santri yang terjun ke dunia politik.

Hasil perbincangan mereka kemudian ditranskip oleh wartawan Tribun Jateng, Indra Dwi Purnomo sebagai berikut:

Bisa diceritakan? Cerita dari santri terjun ke dunia politik

Jadi kalau dikalangan pesantren yang namanya dialektika tentang politik tentang kepemimpinan, kemudian tentang kemasyarakatan itu memang menjadi konsumsi pembahasan artinya bagaimana politik menurut kacamata agama itu dipelajari dengan baik karena politik adalah bagian dari syariah.

Berangkat dari pemahaman yang saya kira menjadi pemahaman umum, kalangan santri di Indonesia ini. Maka, banyak aktivis-aktivis pesantren yang pada kemudian hari mereka ini terjun ke dunia politik.

Ada dua peran politik besar yang dimainkan oleh komunitas pesantren, pertama adalah politik kebangsaan atau politik negara dalam hal ini adalah memberikan pandangan-pandangan yang benar tentang bagaimana cara berperilaku politik yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah syariat maupun hukum positif kita.

Kedua, kader-kader pesantren banyak pula yang bergerak di bidang politik praktis artinya bagaimana tadi gagasan besar tentang politik yang merupakan bagian dari agama itu diimplementasikan ke dalam atau direduksi di dalam kebijakan kekuasaan yang orientasinya atau dedikasinya adalah untuk maslahatul amah untuk kepentingan masyarakat banyak.

Inilah saya kira yang membedakan antara politisi yang lahir dari pesantren, kemudian politisi yang lahir dari komunitas-komunitas lain. Jadi, penekanannya adalah ketika santri atau ini berpolitik itu adalah bagian dari implementasi pengalaman beragama.

Mungkin, bisa diceritakan dulu saat santri apakah punya bayangan ingin menjadi pimpinan di Kabupaten Pekalongan?

Secara kultural kami lahir dari keluarga- keluarga pejuang, simbah saya dulu pejuang yang wafatnya ditembak oleh Belanda, lalu ayah saya juga berjuang melawan penjajah dan melawan Partai Komunis Indonesia, serta pada saat itu juga berjuang di partai politik yang merupakan representasi dari kekuatan politik kaum santri yaitu Nahdhatul ulama.

Secara kultur kami dilahirkan dari keluarga seperti itu dan kebetulan dari keluarga-keluarga kita juga dulu banyak yang menjadi aktivis, seperti kayak paman saya dulu juga wakil ketua DPRD, lalu ketua partai. Sehingga, ini secara pribadi memberikan inspiring kepada saya agar ada generasi yang meneruskan untuk bisa berkiprah di politik.

Kemudian di pesantren juga kajian-kajian tentang kajian tentang politik itu, kita perdalam untuk memperkaya. Sekaligus juga, saya kebetulan jadi lurah pondok ya sudah menjadi pemimpin di pesantren dan menjadi ketua asosiasi pondok pesantren di Kabupaten Pekalongan. Jadi, ini memberi ruang kepada kita untuk bagaimana tadi mengasah tentang dialektika perpolitikan tapi versi pesantren.

Tentu agak berbeda dengan dialektika politik yang kita dapatkan secara akademik, walaupun secara kultural saya menekuni politik bergaya pesantren. Tetapi secara akademik baik dari S1 saya Fakultas Hukum di Universitas Pekalongan, S2 saya di Magister ilmu politik UNDIP, 

Kemudian S3 saya juga ambil ilmu pemerintahan dan politik di Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Jadi memperkaya khasanah pengetahuan maupun implementasi politik itu memang harus dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memperkaya aspek akademik agar kita ini ketika terjun ke politik tidak menjadi politisi yang karbitan, atau menjadi politisi dadakan. Tidak punya alat ukur yang memadai, kemudian tidak punya referensi yang memadai sehingga, nanti ketika menjadi pemimpin ini memimpin dengan tangan kosong itu berbahaya bagi masyarakat yang dipimpin.

Karena bondo nekat atau bonex menjadi pemimpin tanpa dibekali dengan tadi bagaimana kita sebagai seorang pemimpin harus rela berkorban terutama dalam untuk memperkaya khazanah khazanah keilmuan tentang politik tentang pemerintahan tentang ekonomi, budaya, sosial, sehingga produk kebijakan kita insyaallah ini tidak bertentangan dengan keinginan masyarakat banyak, karena kita berpedoman pada kebijakan pemerintah.

Mungkin dengan bekal pengalaman yang sebanyak itu, apakah ada harapan atau impian yang belum tercapai?

Ada pepatah bijak yang mengatakan bahwa sesuatu itu tampak kekurangannya ketika sesuatu itu sudah sempurna.

Tugas saya sebagai seorang pemimpin yang diberi mandat oleh masyarakat adalah pertama mempertahankan apa yang dulu menjadi program unggulan kita dan itu bermanfaat sekali untuk masyarakat. Inilah yang kita sebut dengan sustainability pembangunan, hal-hal baik yang sudah kita pertahankan dan banyak juga yang menjadi best practice yang kemarin ini tentu akan kita pertahankan.

Seperti bagaimana upaya kita untuk menurunkan angka kematian, mengatasi gizi buruk, lalu bagaimana kita melakukan akselerasi terhadap dunia pendidikan. Dulu Kabupaten Pekalongan itu zero perguruan tinggi, alhamdulillah sekarang muncul 8 perguruan tinggi yang merupakan inisiasi dan fasilitasi dari pemerintah. Ini hal-hal baik harus dikembangkan, semakin banyak perguruan tinggi maka akan semakin menambah bobot. Pertama adalah menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi baru untuk perguruan tinggi, karena banyak mahasiswa, ada belanja, ada kebutuhan yang ini bisa di cover oleh masyarakat sehingga masyarakat bisa mendapat pendapatan.

Tentu ini menaikkan pendapatan, buktinya pendapatan domestik regional bruto kita naik dari tahun 2015 yang dulu hanya Rp 19 juta, sekarang kita naik menjadi Rp 25 juta. Artinya, pendapatan rata-rata masyarakat itu naik secara signifikan.

Kabupaten Pekalongan punya potensi yang luar biasa ditinjau dari berbagai. Pertama aspek geografis, Kabupaten Pekalongan berada di tengah-tengah Jakarta-Surabaya, 435 km ke arah Jakarta dan 425 km ke Surabaya. Panjang pantai utara kita itu adalah 10,5 KM dan ini sangat strategis.

Kabupaten Pekalongan yang mempunyai kultur geografis luar biasa mulai dari 0 mdpl sampai 2500 mdpl, daerah dengan varian mdpl seperti itu tentu akan sangat subur kaya dengan berbagai apa tanaman-tanaman, kemudian produk produksi tanaman pangan berupa padi melimpah, pada tahun kemarin surplus untuk tanaman padi itu sampai 90.000 ton setiap musim. Di hutan, kita masih punya hutan alam yang masih tersisa di pulau Jawa, namanya Petungkriono sekarang kita tetapkan menjadi nasional nature heritage.

Luas hutan sekitar 29.000 hektar dan dari itu 29.000 hektar itu, 3.000 hektar hutan alam yang tidak bisa kita kerjasamakan. Sisanya bisa kita kerjasamakan bersama petani. Sehingga, bisa meningkatkan ekonomi petani hutan.

Saya punya keyakinan kalau pemerintah ini dikelola dengan baik, karena kita punya 3 sumber daya, makan insyaallah masyarakat ini akan lebih sejahtera terbukti dari tadi indikator makro ekonomi kita dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.

Inilah tugas pemimpin, karena pemimpin adalah menjadi inisiator, motivator kemudian menjadi motor pergerakan masyarakat di semua lini. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman yang memadai, serta referensi yang memadai bulan ketika mengambil kebijakan sehingga insyaallah kebijakannya ini tidak akan bertentangan dengan nilai-nilai hukum syariat maupun hukum positif kita.

Baca juga: Pandangan Umum DPRD Kabupaten Pekalongan, Tiga Fraksi Sampaikan Tentang Kesejahteraan Guru Honorer

Baca juga: Komisi 1 DPRD Kabupaten Pekalongan Akan Panggil Kadinkes Terkait Penipuan CPNS Oleh Kepala Puskesmas

Baca juga: Jadwal Pelayanan Donor Darah PMI Kota Semarang Minggu 15 November 2020 Buka di Lima Lokasi

Pertanyaan terakhir, tiga kata untuk Kabupaten Pekalongan?

Maju, Sejahtera, masuk surga semua.

Quick question. Saya kasih dua kata, pak Asip pilih salah satu dan jawab dengan cepat.

1. Tradisional atau modern?

Tradisional modern.

2. Santri atau politisi?

Politisi yang santri.

3. Partai atau rakyat?

Partai yang pro rakyat.

4. Pendidikan atau kesehatan?

Pendidikan dan kesehatan sama-sama penting.

5. Wisata alam atau wisata buatan?

Wisata alam didukung wisata buatan.

6. Pantai atau gunung?

Pantai dilengkapi dengan gunung

7. Megono atau soto tauco?

Megono+soto tauco lebih enak.

8. Nasionalis atau religius?

Religius yang nasionalis.

9. Istri atau anak?

Istri dan anak penting semua.

10. Buruh atau investor?

Buruh diperlukan karena investasi kita sangat kuat.

Buruh atau investor sangat-sangat penting, menurut pak Asip kenapa?

Adanya buruh, juga adanya investor. Ini simbiosis mutualisme yang tidak bisa dipisahkan, inilah yang akan kami lakukan mengkomben antara kepentingan buruh dan kepentingan investor secara setara. (Dro)

Sumber: Tribun Pantura
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved