Berita Pendidikan

Fokus Tingkatkan Peringkat PISA Siswa Indonesia, Tanoto Foundation Jalankan Program Pintar

Tanoto Foundation memberikan apresiasi kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan dosen yang menjadi fasilitator gathering 2020.

Editor: Rival Almanaf
Istimewa
CEO Global Tanoto Foundation Satrijo Tanudjojo 

TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Tanoto Foundation memberikan apresiasi kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan dosen yang menjadi fasilitator gathering 2020.

Dalam kegiatan yang digelar daei tanggal 24 hingga 25 November 2020 tersebut, ratusan guru ikut serta secara daring melalui zoom dan youtube live.

Peningkatan kualitas pendidikan menjadi fokus kegiatan Tanoto Foundation, organisasi filantropi yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto.

Baca juga: Update Covid-19 di Kabupaten Pekalongan, Tembus 808 Kasus Terkonfirmasi

Baca juga: Berikut Prakiraan Cuaca BMKG di Pekalongan Raya, Kamis 26 November 2020

Baca juga: Forkopimda Kendal Kunjungi Tiap Paslon Minta Utamakan Protokol Kesehatan

Baca juga: Dishub Batang Minta Polisi Kejar Sopir Truk yang Hancurkan Penerangan Jalan

Berdiri sejak 1981 untuk menangani berbagai masalah pendidikan di Indonesia, mereka fokus dalam meningkatkan kualitas pendidikan. 

Skor siswa Indonesia saat ini berada pada urutan ke-74 yang sebelumnya berada di urutan 79 negara yang disurvei dalam kemampuan matematika, sains dan membaca dalam hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2018.

Untuk itu, Tanoto Foundation menjalankan Program Pintar (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) dengan target meningkatkan peringkat global Indonesia di sektor pendidikan.

Untuk mencapai target tersebut, Tanoto Foundation bermitra dengan 21 kabupaten/kota dan 10 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di lima provinsi, yaitu Sumatra Utara, Jambi, Riau, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. 

Melalui program PINTAR, kemitraan ini bertujuan membangun model pembelajaran aktif dan kreatif yang sesuai dengan pendidikan di Indonesia, sekaligus menyebarkan model tersebut ke sekolah-sekolah non-mitra. 

Untuk itu, peran fasilitator sebagai ‘penggerak’ Program PINTAR sangat penting, dan peran tersebut semakin krusial saat pendidikan mengalami tantangan dengan adanya pandemi Covid-19.

“Kami bekerja berdasarkan tiga prinsip, yaitu fokus pada dampak, berbasis pada data , dan kemitraan."

"Pertama, Program PINTAR ini dirancang untuk menghasilkan dampak yang berkelanjutan bagi penerimanya."

"Hingga November 2020, kami telah memberi manfaat lebih dari 17.500 guru dan dosen di 21 kabupaten atau kota di Indonesia,” jelas Belinda Tanoto selaku anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, dalam keterangan tertulis saat menggelar Tanoto Facilitator Gathering 2020. 

“Kedua, kami menggunakan pendekatan berbasis data dan bukti agar Program PINTAR lebih terarah dan efektif."

"Ketiga yaitu kemitraan karena kami menyadari, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kami tidak bisa bekerja sendiri."

"Untuk itu, kami menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga pemerintah dan swasta,s dari tingkat lokal, regional hingga internasional,” tambahnya.

Dalam acara tersebut, para fasilitator juga diberi pelatihan untuk mengembangkan kapasitas dalam pembelajaran, saling belajar dan membangun jejaring antar fasilitator, juga mendengarkan inspirasi dari berbagai pembicara dan pengisi acara. 

Acara itu menghadirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem, Psikolog dan Humanitarian Alissa Wahid, Menteri Pendidikan Nasional 2009-2014 Mohammad Nuh, Ketua Dewan TIK Nasional Ilham Akbar Habibie, dan pembicara inspiratif lainnya.

Baca juga: Pemerintah Kota Tegal Raih Juara 1 Penghargaan IDSD Jateng Kategori Pasar

Baca juga: Prakiraan Cuaca di Tegal Raya Kamis 26 November 2020, Sore Hari Diprediksi Hujan Ringan 

Baca juga: Pemerintah Kota Tegal Luncurkan Gerakan Ayo Sekolah Lagi

Baca juga: Pesan Wawali Tegal Jumadi di Hari Guru Nasional: Jangan Lupa Berbakti

Sementara itu CEO Global Tanoto Foundation Satrijo Tanudjojo menekankan bahwa masa pandemi menjadi momentum bagi tenaga pendidik untuk mengubah paradigma dalam pembelajaran. 

Jika sebelum pandemi, guru mengajar di kelas sesuai dengan kurikulum dan murid mendengarkan dan belajar, maka dibutuhkan pendekatan berbeda agar murid bisa mengikuti pembelajaran dengan baik saat disampaikan secara daring. 

“Kita kembali ke hakikat awal dari pembelajaran dengan memberikan arahan kepada murid dan murid lah yang menjadi aktor di dalam pembelajaran, mereka akan belajar dari konten digital, dari sumber yang sudah ada dan tugas guru adalah untuk memandu konten apa yang perlu dipelajari tanpa membatasi wawasan yang murid bisa belajar dari konten digital itu."

"Dalam situasi ini, kita diajak untuk merenungi arti dan inti pendidikan, yaitu menempatkan siswa pada pusat pembelajaran. Student at the center of the learning,” kata Satrijo Tanudjojo. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved