Berita Kuliner

Mampir Kabupaten Pekalongan, Jangan Lupa Cicipi Pindang Tetel, Kuliner Khas Nendang Rasanya

Mampir Kabupaten Pekalongan, Jangan Lupa Cicipi Pindang Tetel, Kuliner Khas Nendang Rasanya

Tribunpantura.com/Indra Dwi Purnomo
SLRUUPP NIKMATNYA: Seorang pecinta kuliner sedang menikmati pindang tetel khas Kabupaten Pekalongan. 

TRIBUNPANTURA.COM, KAJEN - Bicara kuliner di Pekalongan, pasti akan menyebut soto tauto dan nasi megono.

Tapi selain itu, ada juga yang populer di Pekalongan. Makanan ini lezatnya tak kalah dengan soto tauto dan nasi megono, namanya pindang tetel.

Meski namanya pindang tetel, olahan makanan ini bukan dari ikan pindang. Jangan mencari ikan pindang saat menyantap pindang tetel.

Baca juga: Nikmati Gurihnya Sate Ayam Blora, Disajikan Tanpa Batasan Porsi, Ingat Jangan Buang Tusuknya

Baca juga: Nasi Jamblang Khas Cirebon di Tegal, Lauk Komplit Tak Kalah dari Daerah Asal, Segini Harganya

Baca juga: Kue Kontol Sapi Jajanan Unik dari Banten, Begini Bentuknya, Mau Coba?

Baca juga: Pernah Coba Nasi Lengko Kimto? Kalau Ke Tegal Wajib Jadi Rujukan

Sebab, anda tak akan pernah menemukannya. Karena tidak ada pindang di pindang tetel 

Makanan ini mirip seperti rawon, berkuah, warna kuahnya coklat kehitam-hitaman, berisi tetelan daging sapi, dan krupuk usek.

Pindang tetel menjadi makanan favorit di Pekalongan.

Asalnya, dari daerah Desa Ambokembang, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

Belum diketahui secara pasti mengapa dinamai pindang tetel. Bahkan oleh penjual-penjualnya.

Mereka memakai nama itu karena turun temurun.

Salah satu warung pindang tetel legendaris ada di Kawasan Kuliner Bebekan atau Lapangan Gemek, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan.

Warung itu milik Casroni. Namun kini diurus istri dan anak-anaknya.

"Dari cerita simbah-simbah dan orangtua saya, pindang tetel ini berasal Desa Ambokembang, Kedungwuni."

"Terus kata tetel kan dari daging sapi tetelan itu," kata Nur Rochim (33) anak dari pemilik pindang tetel Casroni kepada Tribunpantura.com, Kamis (24/12/2020) sore.

Menurut Nur, orangtuanya sudah berjualan pindang tetel ini hampir 30 tahun.

"Awalnya orangtua saya jualnya keliling, terus stay di perempatan dekat SMAN 1 Kedungwuni. Setelah itu pindah di trotoar hingga sekarang," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved