Berita Banyumas

Cerita Pilu Perajin Terompet Tahun Baru saat Pandemi di Banyumas: 100 Buah, Tak Laku Terjual Satupun

Cerita Pilu Perajin Terompet Tahun Baru saat Pandemi: 100 Terompet, Tak Laku Terjual Satu Buahpun

KOMPAS.com/FADLAN MUKHTAR ZAIN
Sudarmo menunjukkan terompet buatannya di rumahnya di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. 

Cerita pilu dialami Sudarmo, seorang perajin terompet. Lantaran larangan perayaan malam pergantian tahun, 100 terompet buatannya hingga kini tak laku terjual satu buahpun.

TRIBUNPANTURA.COM, BANYUMAS - Larangan perayaan Tahun Baru di tengah pandemi virus corona (Covid-19), berdampak ke perajin terompet.

Salah satunya Sudarmo (55), warga Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Hingga menjelang malam pergantian tahun, terompet kertas buatannya masih menumpuk di rumah yang berada di sebuah gang sempit.

Baca juga: Ketahun Mencopet, Perempuan Ini Malah Tuduh Korbannya Gila saat Diminta Kembalikan Dompet

Baca juga: Tak Mau Kelahi, Remaja 17 Tahun Tewas Dikeryok Geng Motor, Ibu Korban Ungkap Percakapan Terakhir

Baca juga: Resmi, Tempat Wisata di Kabupaten Tegal Hanya Tutup 2 Hari, Tahun Baru Sudah Buka Kembali

Baca juga: Penyadap Getah Pinus Ditemukan Tewas di Hutan Paninggaran Pekalongan, Polisi Ungkap Hal Ini

Sudarmo mengaku, kondisi tersebut sangat jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Kalau dulu hari-hari seperti ini terompet saya sudah banyak (dijual pedagang) di jalan-jalan."

"Kalau sekarang enggak ada satu pun yang keluar (terjual)," tutur Sudarmo, Selasa (29/12/2020).

100 terompet tak satu pun laku

Namun kondisi tersebut sebenarnya sudah diantisipasi Sudarmo.

Sejak pemerintah mengumumkan larangan perayaan Tahun Baru, ia hanya membuat sebanyak 100 terompet dengan bentuk bervariasi.

"Tapi kenyataannya (terompet) yang sudah jadi saja sampai sekarang tidak ada yang keluar, karena katanya tidak boleh ada acara, tidak boleh ada kerumunaan," kata Sudarmo.

Bahkan, untuk menarik pembeli Sudarmo juga telah menurunkan harga yang dipatok tahun lalu antara Rp3.500 - Rp10.000 menjadi hanya dijual Rp2.000 hingga Rp6.500 per buah.

Lebih lanjut pria yang kesehariannya berjualan mainan anak ini mengatakan, penurunan penjualan terompet sejatinya telah terjadi sejak tiga tahunan lalu.

"Menurun sejak 2017, menurun 50 persen, setelah itu sampai 2019 itu menurun sampai 75 persen."

"Dan di tahun ini sama sekali tidak ada pembelian," ujar bapak empat anak ini.

Masa kejayaan 2014-2016

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved