Berita Kajen
Solati Kenang Parahnya Abrasi Dusun Simonet Pekalongan: saat Pasang Air Laut Sampai Atap Rumah
Solati Kenang Parahnya Abrasi Dusun Simonet Pekalongan: saat Pasang Air Laut Sampai Atap Rumah
TRIBUNPANTURA.COM, KAJEN - Abrasi di Dukuh Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah terus terjadi.
Pantauan Tribunpantura.com, Selasa (26/1/2021) siang di Dukuh Simonet air pasang tidak terjadi, jalan-jalan padukuhan sudah terlihat pasca air pasang menerjang di dukuh tersebut.
Namun banyak masyarakat di dusun tersebut dirundung kekhawatiran apabila air laut pasang terjadi.
Baca juga: Abrasi di Simonet Pekalongan Parah, Bibir Laut Sampai Teras Rumah, Warga Singgung Janji Relokasi
Baca juga: Menteri Nadiem Isyaratkan Pembelajaran di Sekolah Dibuka, Apakah Jateng Siap? Ini Kata PGRI
Baca juga: 360 Nakes di Blora Tak Ikut Vaksinasi Covid-19 Tahap Pertama, Dinkes Beber Alasannya
Baca juga: Barcelona di Ambang Bangkrut? dalam Tempo 6 Bulan Harus Lunasi Utang Rp12,5 Triliun
Tidak hanya itu, beberapa rumah nampak terbengkalai ditinggali oleh pemiliknya karena terkena imbas abrasi.
Seperti yang dikatakan, Solati (37), warga RT 14 RW 6, Dukuh Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, abrasi di Dukuh Simonet setiap hari semakin parah.
Akibatnya, bibir pantai yang dulunya jauh dari rumah sekarang sudah di teras rumah.
"Dulu, jarak bibir pantai dari rumah itu jauh mas sekitar 500 meter."
"Setelah banjir rob pada bulan Juni 2020, abrasi terjadi dan bibir pantai pindah ke depan teras rumah," kata Solati.
Ia menceritakan, saat banjir rob dan air pasang laut pada tahun lalu, ketinggian airnya mencapai satu atap rumah.
"Sejak saya lahir tahun 1984, banjir paling parah tahun lalu mas. Semua warga mengungsi karena semua rumah terendam."
"Air laut pernah mencapai genteng rumah," imbuhnya.
Akibat bencana ini, rumah yang dekat dengan bibir pantai sudah tidak bisa ditinggali.

"Tahun lalu saya mengungsi ke tempat yang lebih aman selama 1 bulan ke tempat yang lebih baik," ucapnya.
Kemudian, banjir rob surut ia kembali ke rumah.
Setelah, sampai di rumah melihat posisi bibir pantai sudah berada di depan rumahnya.
"Karena takut terjadi sesuatu, akhirnya, saya mengontrak di Desa Semut dan sekarang rumah sudah tidak bisa ditinggali lagi," imbuhnya.