Berita Pendidikan
Ancaman Loss Learning Itu Nyata, PGRI Jateng Minta Pemerintah Segera Izinkan Sekolah Gelar PTM
Ancaman Loss Learning Itu Nyata, PGRI Jateng Minta Pemerintah Segera Izinkan Sekolah Gelar PTM
Penulis: m zaenal arifin | Editor: yayan isro roziki
TRIBUNPANTURA.COM, SEMARANG - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Tengah meminta proses pembelajaran tatap muka di Kota Semarang, umumnya Jawa Tengah, segera diterapkan.
Hal itu dikarenakan para siswa sudah terlalu lama menjalani proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring.
Menurut Ketua PGRI Jawa Tengah, Muhdi, saat ini ada ancaman besar di dunia pendidikan yaitu losss learning atau hilangnya minat belajar siswa.
Baca juga: Pemerintah akan Gelar PTM Juli 2021, Bisakah Peserta Didik Divaksin? Ini Jawaban Dinkes Jateng
Baca juga: Fokuskan Vaksinasi Lansia dan Petugas Publik Usia di Atas 50 Tahun, Dinkes Semarang: Lainnya Sabar
Baca juga: Instruksi Ganjar soal Pelaksanaan PTM di Seluruh Jateng: Tunda Dulu Semua!
Baca juga: Puluhan Pejabat Pemkot Tegal Dites Urine, Johardi: Ini Komitmen Lawan Narkoba
Menurut dia, ancaman loss learning itu nyata, karena berkurangnya intensitas interaksi dengan guru dalam proses pembelajaran.
"Saat ini, ancaman terbesarnya yaitu loss learning. Ini jangan sampai berlarut-larut."
"Apalagi sudah ada SKB empat menteri yang memperbolehkan melakukan tatap muka tanpa melihat zona Covid-19," kata Muhdi, Kamis (4/3/2021).
Saat ini, pemerintah telah melakukan vaksinasi kepada seluruh lapisan masyarakat, termasuk para guru dan tenaga kependidikan.
Dengan adanya vaksinasi tersebut, harusnya tak ada alasan lagi melarang sekolah untuk melakukan tatap muka.
Kalau pun ada guru maupun tenaga kependidikan yang belum mendapatkan vaksin, ia meminta agar segera dilakukan vaksinasi ulang.
Pasalnya, hal itu sebagai salah satu upaya melindungi guru, tenaga kependidikan dan siswa dari Covid-19.
"Sekarang tidak fair, siswa dilarang masuk, sekolah ditutup. Sementara kantor, swasta, hingga orang tua, bebas bepergian."
"Toh di rumah pun sebenarnya potensi ancamannya sama. Justru kalau di sekolah, siswa itu lebih terjaga," ucapnya.
Jika dirasa masih belum memungkinkan, katanya, maka pembelajaran tatap muka dilakukan secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Di antaranya siswa yang masuk hanya 50 persen dari kapasitas ruang kelas.
Jika masih tidak memungkinkan, maka jumlahnya pun bisa dikurangi, misal hanya 25 persen saja.
Tentunya proses pembelajaran saat ini tidak bisa 100 persen karena masih pandemi.
Tapi yang sangat memungkinkan adalah sistem blended, yaitu perpaduan antara daring dan luring.