Berita Pemalang
Kisah Ariyati 10 Tahun Rawat Pengidap Cerebral Palsy: Ayah Minggat saat Tahu Putrinya Lumpuh Otak
Kisah Ariyati Rawat Pengidap Cerebral Palsy: Ayah Minggat saat Tahu Putrinya Idap Kelainan Otak
Penulis: budi susanto | Editor: yayan isro roziki
Penulis : Budi Susanto
TRIBUNPANTURA.COM, PEMALANG - Bak sajak lagu kasih ibu sepanjang masa, Ariyanti (32) merawat putri tunggalnya Citra Kirana (10), yang mengidap lumpuh otak (cerebral palsy).
Mirisnya, ayah Kirana minggat begitu saja saat mengetahui sang putri mengidap cerebral palsy.
Meski berat perjuangannya, namun Ariyati tetap tabah dan tak pernah berhenti merawat putrinya yang memiliki keterbatasan fisik.
Baca juga: Tolak Impor Garam, Serikat Nelayan NU Kritik Pemerintah: Kuncinya di Petani, Bukan Importir Garam
Baca juga: Jateng Ubah Kebijakan Vaksinasi untuk Lansia, Batasan Usia Tidak Lagi 60 Tahun ke Atas
Baca juga: Kejari Panggil Kepala, Komite hingga Orangtua Siswa Terkait Dugaan Pungutan Uang di MAN Kendal
Baca juga: Bambang Minta Pembangunan Jateng Valley Harus Melibatkan Warga Sekitar
Ariyati merupakan warga Desa Kalimas, Kecamatan Randudongkal Pemalang.
Pekerjaan apapun ia lakukan agar bisa mencukupi kebutuhan hidup Kirana.
Kerusakan sel otak, yang diidap Kirana mempengaruhi gerakan, postur, keseimbangan dan kordinasi pada tubuhnya.
Meski begitu, Kirana tetap menjadi api yang selalu menyulut semangat Ariyanti yang baru saja menjalani training di pabrik garment itu.
Dituturkan, sejak Kirana lahir sang suami meninggalkan Ariyati bersama Kirana, alasannya pun sangat tragis.
Pasalnya, lantaran mengetahui putrinya memiliki kekerungan, sang ayah pergi tanpa kabar sepuluh tahun silam.
Secara tegar Ariyanti menuturkan, ia iklhas dan bertekat membesarkan, dan memberikan ilmu untuk bekal di masa depan.
"Saya ditinggal suami sejak Kirana berusia tiga hari. Suami saya meninggalkan saya karena melihat anak kami mengidap Cerebral Palsy," katanya saat ditemui Tribunpantura.com di rumahnya, Kamis (18/3/2021).

Sebelumnya, biaya hidup Kirana juga disokong oleh Turino yang merupakan kakak Ariyati.
Namun Turino meninggal 40 hari lalu, yang membuat Ariyati harus mati-matian mencari uang untuk mencukupi kebutuhan putri tunggalnya.
"Saya baru training dua pekan di pabrik garment, sebelumnya saya serabutan apa saja saya lakukan asal hallal untuk mencukupi kebutuhan hidup," jelasnya.