Berita Kajen
Semangat Pantang Menyerah Gading, Difabel Penjaja Rokok, Kayuh Sepeda Keliling Alun-alun Kajen
Semangat Pantang Menyerah Gading, Difabel Penjaja Rokok, Kayuh Sepeda Keliling Alun-alun Kajen Kabupaten Pekalongan
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: yayan isro roziki
Penulis : Indra Dwi Purnomo
TRIBUNPANTURA.COM, KAJEN - Tak ada kata menyerah bagi Gading Ogi Syahputra (16) warga Dukuh Bubak RT 2 RW 7, Desa Kebonagung, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Meskipun mengalami keterbatasan fisik, ia tetap semangat untuk berjualan rokok keliling komplek Pemkab Pekalongan, Alun-alun Kajen, Jumat (26/3/2021).
Dengan menggunakan sepeda ontel yang sudah dimodifikasi menjadi roda tiga dan gerobak kecil bertuliskan 'Lapak.... Rokok... Gading... Bro...', ia keliling menjajakan dagangannya di sekitar alun-alun Kajen.
Baca juga: Kholisoh Senang dan Bersyukur Difabel Slawi Mandiri Kini Miliki Rumah Produksi Sendiri
Baca juga: Semangat Anggota Komunitas Kreasi Difabel Kabupaten Tegal di Tengah Pandemi Covid-19
Baca juga: Difabel Slawi Mandiri Kini Miliki Ruang Pamer Karya dan Produk di Kabupaten Tegal
Baca juga: Mahasiswa Disabilitas Asal Yogyakarta Tidak Ingin Menyerah dengan Keadaan, Pilih Jualan Snack
Sambil mengayuh sepedanya yang usang Gading selalu bilang rokok.. rokok.. rokok.
Walaupun dengan keterbatasannya, ia tetap semangat untuk menjajakan jualannya.
Memang postur kaki gading tidak sempurna, ketika ia sedang istirahat ia bergerak dengan cara menyeret tubuhnya.
Gading mengatakan, banyak warga yang akan mengasih uang untuk dirinya, tapi ia selalu menolak.
"Saya mau dikasih uang dari orang, tapi saya tidak mau. Harus beli rokok," kata Gading kepada Tribunpantura.com dengan suara terpatah-patah, Jumat (26/3/2021).
Ia berjualan rokok karena ingin membantu kedua orangtuanya.
"Mau mandiri dan tidak mau meyusahkan orangtua," imbuhnya.
Ia mulai berjualan keliling pada pagi hari sampai siang, terus sorenya jualan lagi sampai malam.
"Sore habis salat Ashar berangkat, pukul 10.00 WIB baru pulang. Kalau pagi pukul 8 sampai dzhur," ucapnya.
Tribunpantura.com, mengikuti Gading berjualan rokok. Ia mengayuh sepeda roda tiga dari rumahnya ke Alun-alun Kajen, yang berjarak sekitar dua kilometer.
Ia juga bercerita, pernah rokoknya sering diambil orang ketika sedang mau salat di masjid.
"Dua bungkus rokok hilang, terus keesokan harinya tiga bungkus hilang lagi," ucapnya.
Hasil jualan rokok, ia tabung di BMT yang berada di dekat rumahnya.
"Dari hasil jualan, sudah punya kambing," katanya.
Meski menyandang disabilitas, Gading ternyata juga tak mau ketinggalan zaman.
Ia belajar mengenal media sosial Facebook untuk berkomunikasi dengan orang yang belum dikenal.
Selain Facebook ia juga memiliki whataps apabila ada pelanggan yang ingin membeli rokok.
"Pakai rekaman suara saat ada pelanggan mau beli rokok, karena saya tidak bisa baca," tambahnya
Gading merupakan putra kedua dari pasangan suami-istri Suwono (46) - Susiyati (46).
Susiyati orangtua Gading mengatakan, anaknya sudah berjualan rokok menggunakan sepeda sudah dua tahun ini.
"Saya sudah melarang Gading berjualan, tapi selalu tidak mau dan marah-marah. Katanya 'pengen duwe duit dewe' (pingin punya duit sendiri) bantu bapaknya dan ibunya," katanya.
Susiyati mengatakan, kondisi anaknya itu sudah diketahui sejak dalam kandungannya.
"Sejak dalam kandungan Gading sudah beda. Lahirnya saja disedot atau divacum," kata Susiyati.
Banyak orang yang kasihan dengan anaknya dan banyak juga orang mau memberikan uang, tapi Gading selalu menolaknya.
"Gading selalu nolak ketika mau diberikan uang dari orang," imbuhnya.
Gading ketika jualan seringnya sore hari dan pulang malam hari sekitar pukul 22.00 WIB.
"Anaknya selalu bawa sarung untuk salat ketika berjualan," ucapnya.
Ia menceritakan, anaknya pernah bercerita kalau dagangannya sering hilang diambil orang ketika sedang istirahat.
"Sering hilang rokok dagangan anak saya. Tapi, Gading sudah tau yang mengambil siapa tapi anaknya hanya membiarkan," tuturnya.
Dalam sehari, Gading bisa membawa pulang uang Rp200 ribu sampai Rp300 ribu.
Uang itu digunakan untuk modal dagang keesokan harinya dan ditabung.
"Uang tabungannya sekitar Rp2 juta, tabungannya dibelikan tiga ekor kambing dan buat gerobak rokok untuk jualan bapaknya."
"Kalau pagi sampai sore bertani, lalu pada malam hari jualan rokok di dekat Masjid Al-Khuzaemah," tambahnya. (Dro)
Baca juga: Terkejut Dapat Hadiah Smartphone dan Laptop dari Bupati Wihaji, Dua Pelajar di Batang Ini Girang
Baca juga: Kijang Innova Ringsek Tabrak Truk Gandeng di Tol Semarang-Batang, Polisi: Diduga Pengemudi Ngantuk
Baca juga: Ihwal Pemerintah Larang Mudik Lebaran 2021, Pemkab Pekalongan: Belum Ada Surat Resminya
Baca juga: Update Penanganan Dugaan Korupsi Alun-alun Kota Tegal, Ali: Tunggu Kajian Tim Audit Independen