Berita Kabupaten Tegal
Warga Desa Penusupan Kabupaten Tegal Kelola Bank Sampah, Emak-emak Bisa Dapat Hadiah Emas
Bupati Tegal Umi Azizah, meluncurkan program kampung iklim (Proklim) di Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: Moch Anhar
TRIBUNPANTURA.COM, SLAWI - Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2022 yang jatuh pada 21 Februari lalu, Bupati Tegal Umi Azizah, meluncurkan program kampung iklim (Proklim) di Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah, Kamis (24/2/2022) di lapangan Desa setempat.
Di kesempatan yang sama, Bupati juga secara simbolis menanam pohon tabebuya pink di area Agrowisata Desa Penusupan.
Selain itu juga sekaligus meninjau beberapa komunitas peduli sampah, termasuk memberikan simbolis hadiah emas kepada warga yang berhasil mengumpulkan sampah terbanyak di bank sampah.
Dalam sambutannya, Umi mengatakan, sejalan dengan tema peringatan HPSN tahun ini yaitu “Kelola Sampah, Kurangi Emisi, Bangun Proklim," maka sampah yang telah menjadi salah satu sumber penyebab degradasi kualitas lingkungan ini harus secepatnya ditanggulangi.
Baca juga: Warga Terganggu, Karaoke di Bugel Jepara Digeruduk, 6 LC dan 13 Botol Miras Diamankan
Baca juga: Sejumlah Wilayah Pemalang Susah Sinyal, Pemkab Berharap Blank Spot Bisa Segera Teratasi
Baca juga: Inovasi DLH Batang Kurangi Volume Sampah, Olah Daun Jati Gugur di HKR Jadi Pupuk Kompos
Bukan hanya karena secara estetika sampah ini mengganggu visual lingkungan, tapi lebih dari itu, sampah merupakan salah satu sumber emisi gas rumah kaca berbahaya bagi kerusakan atmosfir yang akan memberikan dampak buruk pada kehidupan masyarakat.
Sementara Pemerintah Kabupaten Tegal melalui program “Desa Merdeka Sampah,” terus berupaya menangani produksi sampah rumah tangga dengan mengkosolidasikan kelompok masyarakat kecil mulai dari tingkat RT, RW, pedukuhan, hingga desa, dalam satu entitas untuk mengelola sampahnya dengan baik dan benar.
Tujuannya adalah meminimalisir sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) disamping menyerap manfaat ekonomi di dalamnya.
"Pelaksanaan program Kampung Iklim (ProKlim) menjadi bagian dari langkah strategis berikutnya untuk membangun kolaborasi multi pihak dalam upaya pengendalian perubahan iklim berbasis masyarakat. Sementara di Kabupaten Tegal sendiri, alhamdulillah komunitas warga pegiat Proklim di Dukuh Tere RW 04 Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, telah berhasil meraih predikat madya Desa Proklim tingkat Jawa Tengah. Sehingga dengan dilaunchingnya Proklim di Desa Penusupan ini bisa mengikuti jejak desa sebelumnya, dan diharapkan terus berlanjut muncul Proklim lainnya," ungkap Bupati Umi, pada TribunPantura.com, Kamis (24/2/2022).
Umi berpesan kepada warga supaya bisa menempatkan dan menjadikan pelembagaan kepedulian sampah di tengah masyarakat ini dengan perspektif iklim, yaitu ketahanan ekologi, ekonomi, dan sosial masyarakat.
Bangun komitmen, niat kerja yang tulus dan gerakan aksi nyata di lapangan.
Semua itu, menurut Umi, tidak lain untuk satu tujuan mulia, yakni membangun Indonesia yang lebih baik, lebih maju, dan lebih sejahtera.
"Saya memandang Desa Penusupan mampu menjadi Proklim yang bisa dicontoh desa lainnya. Terlebih kepala desanya juga memberi dukungan penuh, sehingga diharapkan kedepan bisa menjadi desa yang lingkungannya sehat," pesan Umi.
Adapun kenapa Desa Penusupan dipilih sebagai kampung iklim, dikatakan oleh Umi karena terdapat banyak perubahan terutama pemanfaatan lahan untuk agrowisata.
Kemudian pembuatan lubang biopori (resapan air) juga sudah ada di dua RW.
Manajemen sampah juga sudah berjalan baik bahkan memperkejakan sampai sembilan orang dengan gaji per orang mulai Rp 1 juta - Rp 3 juta bergantung area garapannya.
"Sehingga sampahnya bersih, pengangguran berkurang, resapan air sudah diawali di dua RW, dan mudah-mudahan contoh seperti di Desa Penusupan ini akan diikuti oleh desa yang lain," katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Penusupan, Guntur Zagiat, mengungkapkan ide membuat beberapa program berkaitan dengan sampah dan lingkungan karena melihat kondisi desa yang banyak sampah berserakan.
Untuk mempermudah, ia kemudian menggandeng badan usaha milik desa (Bumdes) kaitannya pengelolaan sampah.
Baca juga: Video Kab Batang Masih Kekurangan Dokter Umum dan Spesialis
Baca juga: Warga Terganggu, Karaoke di Bugel Jepara Digeruduk, 6 LC dan 13 Botol Miras Diamankan
Tidak berhenti disitu, kemudian berkembang membuat biopori, budidaya maggot, bank sampah Bungah Berkah, Agrowisata, dan lain-lain.
"Melihat respons masyarakat yang cukup bagus, maka untuk membantu program pengelolaan sampah, ada biaya Rp 15 ribu per rumah, nah nantinya disalurkan ke Bumdes. Iuran tersebut digunakan untuk beberapa hal, termasuk penarik sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH)," ungkap Guntur.
Setelah bank sampah diperkenalkan dan digerakkan sekitar 7 bulan lalu, lanjut Guntur, warga mulai diarahkan untuk bisa memilah sampah organik dan non organik.
Kemudian ditukar setiap Sabtu dan Minggu di bank sampah desa.
Nantinya, hasil dari bank sampah ini yaitu berupa buku tabungan untuk mencatat sampah yang terkumpul berapa jumlahnya.
Sampah yang bernilai jual seperti besi, kardus, botol minuman, plastik bekas wadah makanan atau permen, dan masih banyak lagi.
Dari bank sampah ini, dikatakan Guntur bisa menghasilkan total Rp 300 ribu per minggunya.
Mengingat ada pengepul yang mengambil di bank sampah Desa Penusupan.
"Katakan ada warga yang menukarkan sampahnya ke bank sampah, nanti ditimbang dapat berapa kilogram, nah ini kemudian bisa diuangkan katakan dapat Rp 10 ribu, Rp 15 ribu, dan lain-lain bisa sampai setahun. Kemudian hasil uangnya bisa dimanfaatkan untuk bayar pajak atau lainnya sesuai kebutuhan warga sendiri," terangnya.
Terpisah, warga yang mendapat hadiah emas karena menukar sampah, Tuti Marheni, bercerita bahwa ia setiap harinya tidak langsung membuang sampah begitu saja tapi memilahnya terlebih dahulu.
Heni yang juga sebagai ibu RW 04 ini, memisah sampah kardus sendiri, plastik, botol plastik, intinya disesuaikan jenisnya.
Selanjutnya setiap dua minggu sekali ia setorkan ke bank sampah desa.
"Biasanya dalam waktu dua minggu itu saya bisa menyetorkan sampah sampai satu kendaraan tosa. Jika dinominalkan bisa dapat Rp 42 ribu-Rp 47 ribu. Sehingga tabungan saya sudah mencapai Rp 260 ribu, dan ini alhamdulillah mendapat emas (logam mulia) 0,1 gram sebanyak dua buah, tapi ini dicicil dulu baru dapat satu, ya rasanya senang sekali," ungkap Heni.
Heni berkata, ia merasa senang dan semakin bersemangat karena setelah adanya bank sampah, yang tadinya tidak berguna atau dibuang begitu saja bisa bermanfaat.
Baca juga: Video Guru Ngaji di Tegal Tega Cabuli Santriwati Masih Dibawah Umur
Baca juga: Dorong Kesiapan Hadapi Musibah Kebakaran, ASN di Pekalongan Belajar Penggunaan APAR
Ia juga memiliki buku tabungan, sehingga selain bermanfaat untuk lingkungan juga bermanfaat untuk diri sendiri.
"Ini bukan hoaks ya, saya sudah membuktikan bahwa dengan menukarkan sampah bisa mendapat emas, ini terbukti, dan saya senang sekali. Kurang lebih saya mulai mengumpulkan sampah dan menukar ke bank sampah sekitar tiga bulan atau 6-7 kali setor," pungkasnya. (*)
Caption: Foto Bupati Tegal Umi Azizah, secara simbolis menyerahkan hadiah emas kepada beberapa warga yang rajin menukarkan sampahnya ke bank sampah Bungah Berkah milik atau yang dikelola Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, Kamis (24/2/2022).