Berita Jateng

Kenaikan Harga Telur Ayam, Parjuni : Produsen Pakan yang Kurang Ajar

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah, Parjuni mendorong pemerintah untuk bisa menekan

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Permata Putra Sejati
Pedagang telur di Pasar Manis Purwokerto, Jumat (19/5/2023). 

TRIBUNPANTURA.COM, UNGARAN - Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah, Parjuni mendorong pemerintah untuk bisa menekan harga telur ayam yang baru-baru ini mengalami kenaikan drastis.

Menurut dia, satu di antara faktor terbesarnya yaitu harga pakan ayam dari para produsen pakan yang dinilai terlalu tinggi dan memberatkan peternak.

Jagung sebagai salah satu bahan baku atau raw material pakan ayam, lanjut Parjuni, harganya terbilang fluktuatif, namun para perusahaan pakan ayam sendiri tidak mau menyesuaikan, bahkan cenderung diduga selalu menaikkan harga.

Disebutkannya, pada Mei sampai Desember 2022 lalu, harga jagung per kilogramnya turun dari Rp 6 ribu hingga Rp 4 ribu.

Penurunan harga jagung itu kemudian tidak diikuti dengan menurunnya harga pakan berbahan jagung sehingga para peternak ayam tetap menyesuaikan biaya produksi.

“Bulan ini, Mei 2023, harga jagung naik menjadi sekitar Rp 5.500 sampai Rp 6.000 (per kilogram), nah pabrik pakan juga langsung menaikkan harga.

Andil besarnya sebenarnya, kalau posisi saat ini, adalah feedmill (pabrik penggilingan pakan) yang kurang ajar,” kata dia, Sabtu (20/5/2023).

Parjuni meyakini, pemerintah sebagai pemangku kebijakan seharusnya bisa menekan harga pakan ayam agar tidak terjadi inflasi pada telur ayam.

Dia meminta agar para produsen juga mengalah untuk sementara untuk kepentingan masyarakat.

Sebab, lanjut dia, jika nantinya konsumen di pasar berkurang karena tidak mau membeli telur dan permintaan berkurang, maka para peternak juga akan mengurangi populasi ayam secara besar-besaran sehingga penjualan pakan ayam pun juga bisa menurun.

“Jadi agar peternak ini bisa menurunkan angka (harga telur ayam) kembali normal kembali, misalnya Rp 24 ribu sampai Rp 25 ribu (per kilogram).

Ini kadang saya tidak setuju bahwa penyumbang inflasi itu dari (peternak) ayam dan telur, ternyata penyumbangnya pabrik pakan.

Pemerintah juga harus tegas,” imbuh Parjuni.

Sebelumnya, seorang peternak ayam di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Galih Aji Sadewo (31) juga mengeluhkan harga pakan yang terus mengalami kenaikan.

Meskipun dia tidak menyebutkan harganya secara detail, namun dia meminta para produsen pakan juga memahami kondisi para peternak ayam.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved