Berita Batang
Upaya IPI dan SMKN 1 Warungasem Selamatkan Batik Batang yang Terancam Punah
Keberadaan batik khas Batang kini menghadapi tantangan besar di tengah arus modernisasi.
Penulis: dina indriani | Editor: m zaenal arifin
TRIBUN-PANTURA.COM, BATANG - Keberadaan batik khas Batang kini menghadapi tantangan besar di tengah arus modernisasi.
Kondisi ini memicu keprihatinan berbagai pihak, termasuk William Kwan, Direktur Institut Pluralisme Indonesia (IPI), yang menyatakan bahwa batik Batang berada di ujung tanduk.
Untuk mencegah kepunahan, IPI menginisiasi langkah-langkah revitalisasi, salah satunya melibatkan generasi muda melalui kolaborasi dengan sekolah-sekolah.
SMKN 1 Warungasem menjadi salah satu mitra strategis dalam upaya ini, dengan mengintegrasikan batik ke dalam kurikulum tata busana.
Selama satu tahun terakhir, siswa SMKN 1 Warungasem tidak hanya belajar tentang asal-usul batik, tetapi juga diajari cara membatik menggunakan canting, mewarnai batik, menjahit, mendesain batik, hingga memasarkan dan memamerkan hasil karya mereka.
Baca juga: Pelajar SMAN 2 Batang Cetak Prestasi Lewat Lomba Komik Digital Bertema Pendidikan
William Kwan, mengungkapkan bahwa melibatkan generasi muda adalah langkah efektif untuk menjaga keberlangsungan batik Batang.
"Yang paling penting dan saya lihat ini lebih efektif adalah mengajak anak-anak muda, seperti siswa SLTA, SMK tata busana, SMA, SLB, dan madrasah untuk belajar batik bersama sehingga saling melengkapi dan mendukung," ujarnya, Selasa (7/1/2025).
Batik Batang memiliki keunikan sebagai perpaduan budaya Jawa dan Cina, dengan sedikit pengaruh Belanda dan Arab.
Untuk menjaga keberlangsungan batik ini, IPI mengusulkan berbagai langkah revitalisasi seperti rebranding industri batik, promosi dan komunikasi, serta partisipasi anak muda.
"Harapannya generasi muda Batang tidak hanya menjaga warisan budaya ini, tetapi juga mengembangkan batik sesuai gaya modern, sehingga batik Batang dapat bersaing di pasar yang lebih luas," ujarnya.
Kepala Sekolah SMKN 1 Warungasem, Suyanta menambahkan bahwa dalam satu minggu, siswa mendapatkan dua kali pelajaran tentang batik.
Baca juga: Dishub Batang Pertimbangkan Pengelolaan Parkir oleh Pihak Ketiga untuk Tingkatkan PAD
"Program ini juga melibatkan desainer untuk membantu siswa mengembangkan karya mereka, yang kemudian akan dipamerkan di berbagai acara," ujarnya.
Suci Ernawati, salah satu siswa yang mengikuti pembelajaran batik, mengungkapkan kebanggaannya.
"Saya sekarang mulai memahami bahwa batik bukan hanya warisan, tetapi juga sesuatu yang harus dipelajari dan dikembangkan," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.