TRIBUNPANTURA.COM, TEGAL - Tingginya harga kedelai di pasaran, dampaknya sangat dirasakan oleh para produsen tempe di Kota Tegal.
Berbagai upaya mereka lakukan agar tetap bisa berproduksi.
Seperti mengurangi jumlah produksi harian, hingga mengecilkan ukuran tempe.
Baca juga: Warga Pekalongan Temukan Harta Karun saat Mencangkul di Sawah, Koin Kuno Beratnya 6 Kg
Baca juga: Harga Kedelai Meroket, Ukuran Tempe di Kabupaten Tegal Menyusut, Perajin Tak Mampu Gaji Karyawan
Baca juga: Bea Cukai Semarang Sita Ratusan Ribu Batang Rokok Ilegal dari Bus Jurusan Bandung, Sopir Bingung
Baca juga: Dinkes Jateng Pastikan 35 Kabupaten/Kota Dapat Jatah Vaksin, Semarang dan Solo Terbanyak
Hal itu seperti yang dilakukan Wardoyo (35), pemilik usaha tempe rumahan di Kelurahan Debongtengah, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal.
Wardoyo mengatakan, kenaikan harga kedelai dalam satu bulan terakhir sangat berpengaruh.
Penjualan menjadi susah dan penghasilan pun berkurang.
Ia mengatakan, saat ini harga kedelai Rp9.100 per kilogram.
Sementara normalnya Rp7.000 per kilogram.
"Saat harga kedelai normal, produksi harian 1 kuintal lebih."
"Sekarang gak berani, produksi saya kurangi 30 persen," kata Wardoyo kepada tribunpantura.com, Kamis (7/1/2021).
Wardoyo mengatakan, tempe produksinya juga ikut dipertipis.
Meski begitu tetap ada kenaikan harga tempe untuk menstabilkan pengeluaran.
Ia menjual tempe seharga Rp9.000 per papannya.
Sebelumnya saat masih normal harganya Rp7.500- Rp8.000 per papan.
"Tapi tetap saja, penjualan menurun. Padagang di pasar yang biasanya ambil 20 papan, kini hanya ambil 10 sampai 15 papan saja," ujarnya.
Wardoyo berharap, pemerintah pusat maupun daerah hadir untuk menekan harga kedelai di pasaran.