Berita Batang
Maraknya Penjual Durian Keliling di Jalur Pantura Batang, Melawan Risiko Kecelakaan Demi Sesuap Nasi
Hitam legam kulit tangan Nur (53), menjadi saksi kerasnya mencari sesuap nasi di Jalan Pantura Batang.
Penulis: budi susanto | Editor: Rival Almanaf
TRIBUN-PANTURA.COM, BATANG - Hitam legam kulit tangan Nur (53), menjadi saksi kerasnya mencari sesuap nasi di Jalan Pantura Batang.
Sembari menenteng buah durian, Nur berdiri di traffic lights yang ada di tengah pertigaan Jalan Pantura, dan interchange Kandeman Jalan Tol Trans Jawa.
Hilir mudik kendaraan berat pun seolah tak menyurutkan nyalinya untuk mencari rezeki, dengan menjual durian ke pengguna jalan.
Nur merupakan satu di antara ibu rumah tangga yang mengadu nasib di Jalan Pantura Batang dengan menjual durian.
Baca juga: 6 Anak di Bawah Umur di Tegal Lakukan Penganiyaan, Korban Dibacok Pakai Clurit
Baca juga: Harga Emas Antam di Semarang Hari ini, Mengalami Penurunan Rp 1.000 Berikut Daftar Lengkapnya
Baca juga: Pak Guru di Cianjur Cabuli 9 Murid Laki-lakinya, Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara
Baca juga: Ngakak! Pemuda di Purbalingga Dikira Maling Karena Salah Kendarai Motor di Parkiran
Meski jarang ada pengguna jalan yang membeli durian yang ia bawa, tapi semangat Nur tak pupus.
Nur terus menawarkan durian ke pengguna jalan yang berhenti di traffic lights tersebut.
Tak jarang ia menyeberang ke sudut jalan untuk menawarkan barang dagangan.
Bahkan ia bersama ibu-ibu lainya sampai masuk ke jalur interchange Jalan Tol Trans Jawa.
Adanya rambu larangan masuk ke interchange, serta kencangnya laju kendaraan berat pun tak dihiraukan Nur dan penjual durian lainya.
Nur juga acap kali diperingatkan pengguna jalan dengan teriakan atau bunyi klakson dari pengemudi.
Hal itu lantara ia nekat masuk ke jalur interchange atau secara mendadak menyeberang jalan.
Meski berbahaya, namun Nur tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya berharap dagangannya laku dan bisa pulang tanpa tangan kosong.
Ia mengaku apa yang dilakoninya syarat akan resiko serta diintai maut, karena berdagang di tengah jalan.
"Saya sadar berdagang di jalanan berbahaya, namun mau apa lagi, karena dengan cara ini kami bisa mendapatkan uang," jelasnya saat ditemui Tribun-Pantura.com di Jalan Pantura Batang, Selasa (15/12/2020).
Dilanjutkannya, ia tak punya lapak, dan tak punya kebun durian, alhasil harus berusaha keras agar dagangan yang ia ambil dari pedagang pasar laku.
"Durian ini saya beli di pasar haragnya ada yang Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu, paling saya bawa 4, dan saya ambil untung Rp 5 ribu," paparnya.
Baca juga: DPRD Setujui Lima Raperda Kota Tegal Jadi Perda
Baca juga: Viral Video Dinosaurus Diturunkan dari Truk, Begini Proses Pembuatannya
Baca juga: Sebuah Penginapan Terbakar, 6 Tamunya Meninggal Dunia
Baca juga: Jadwal Pelayanan Donor Darah PMI Kota Semarang Selasa 15 Desember 2020 Buka di Empat Lokasi
Meski sudah berjuang keras, namun durian yang ditawarkan Nur tak selalu laku terjual. Tak jarang ia masih membawa pulang 1 hingga 2 durian.
"Tak mengapa yang penting berusaha, apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang membuat semua serba sulit," jelasnya.
Sebelum melanjutkan berdagang, Nur menuturkan, durian yang ia jual tak seenak durian yang dijual langsung dari kebun.
"Karena sudah dipilih oleh penjual pasar, saya jujur durian ini kurang enak. Setidaknya kami tidak berbohong dan menjual murah ke pengguna jalan," tambahnya. (bud)