Berita Pemalang

Akses Jalan Dibangun Tembok Rumah, Warga di Petarukan Pemalang Terisolir, Sudah Dibeli tapi . . .

Akses Jalan Dibangun Tembok Rumah, Sejumlah Warga di Petarukan Pemalang Terisolir, Sudah Dibeli tapi . . .

Penulis: budi susanto | Editor: yayan isro roziki
Kompas.com/Ari Himawan
Tembok rumah yang dibangun menutupi akses jalan tiga rumah warga di Desa Widodaren, Petarukan, Pemalang Jawa Tengah. 

TRIBUNPANTURA.COM, PEMALANG - Sejumlah warga yang mendiami empat rumah di Desa Widodaren, Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, kini terisolir.

Musababnya, akses jalan yang selama ini mereka gunakan telah didirikan bangunan tembok permanen.

Memang, tanah pada akses jalan yang selama ini digunakan warga yang mendiami empat rumah tersebut milik seorang warga lain di kampung tersebut.

Baca juga: Pembangunan Jembatan Rembun Penghubung Pekalongan-Pemalang Rampung, Satrio: Lebih Cepat dari Target

Baca juga: Polantas Tambal Lubang Jalan di Jalur Wiradesa-Kajen Pekalongan, AKP Pipit: Biar Tak Ada yang Jatuh

Baca juga: Cabjari Semarang Musnahkan Barang Bukti Pidana Cukai dan Kepabeanan Senilai Rp415 Juta

Baca juga: Jokowi Pantau Pelaksanaan Vaksinasi untuk Ulama dan Tokoh Lintas Agama di Semarang, Ini Katanya

Warga sempat membeli tanah tersebut, namun uang pembelian dikembalikan oleh pemilik tanpa membeberkan alasannya.

Tri Budi, warga setempat yang juga pembeli tanah yang dibangun tembok permanen tersebut menuturkan, akses jalan itu telah dibeli seharga Rp100 juta dan uang muka sebesar Rp50 juta dibayarkan pada 18 Februari 2020.

Namun, uang tersebut dikembalikan secara sepihak melalui menantu pemilik tanah sebelum pelaksanaan Pilkades Desember 2020.

Tri Budi menambahkan ia membeli tanah tersebut dari Sukendro dengan lebar depan 3,33 meter dan lebar belakang 3,66 meter.

"Setelah kalah pilkades dibangun tembok ditutup mulai 27 Februari 2021 sampai sekarang."

"Tiga rumah dari 3 kepala keluarga (KK) yakni milik ayah saya Suharto, terus ada Pak Kismanto, Agus dan Amsori tertutup akses jalannya. Saya juga tidak tahu alasan penutupan apa," kata Budi, Rabu (10/3/2021).

Warga tidak bisa keluar masuk karena akses jalan tertutup oleh bangunan setinggi antara 2,5- 3 meter.

Satu-satunya jalan adalah memutar, itu pun melalui saluran air atau got yang kalau tidak hati-hati bisa terperosok.

"Saya tidak tahu permasalahannya apa, sampai ditutup begini jalannya. Kami hanya bisa melaporkan kasus ini ke pemerintah desa," tambah Budi.

Sementara itu, Kepala Desa Widodaren Nasikin mengatakan menerima laporan kasus tersebut.

Pihaknya sudah mengundang kedua belah pihak yang bersengketa dua kali namun pemilik tanah tidak hadir karena sakit.

"Kita sudah pertemukan kedua belah pihak namun masih kekeh belum ketemu jalan keluarnya," ujar Nasikin.

Namun masalah tersebut masih dalam tahap perundingan kekeluargaan di balai desa, dihadiri Bhabinkamtibmas dan Babinsa serta sejumlah pihak.

Halaman
12
Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved