Berita Blora
Masdi Penjual Pentol Serasa Anggota Dewan Berjas Dasi dan Peci, Selalu Putar Rekaman Pengajian
Masdi Penjual Pentol di Blora Serasa Anggota Dewan Berjas Dasi dan Peci, Selalu Putar Rekaman Pengajian
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: yayan isro roziki
Penulis: Rifqi Gozali
TRIBUNPANTURA.COM, BLORA - Berbeda dengan penjual pentol atau cilok pada umumnya, Masdi tampil necis dengan setelan jas lengkap dengan dasi plus peci.
Mata pencahariannya sehari-hari memang sebagai penjual pentol, namun apa boleh buat penampilannya tidak mau kalah dengan pejabat.
Masdi terbilang senior dalam urusan pentol. Terhitung sudah 31 tahun dia jualan pentol.
Baca juga: Cerita Nama Bayi Dinas Komunikasi Informatika Statistik di Brebes, Ayah Tunaikan Nazar Pernikahan
Baca juga: Unik, Tiga Anak Kepala Dusun di Kudus Diberi Nama Merek Mobil, Ini Kisah yang Tak Terungkap
Baca juga: Mobil Rombongan Pengantin Kecelakaan di Sirampog Brebes, saat Polisi Datang TKP Sudah Sepi
Baca juga: Pemkab Blora Berencana Utang PT MSI untuk Pembiayaan Perbaikan Jalan Rusak, Sekda: Solusi Terakhir
Wilayah teritorial jualannya adalah sebagain wilayah Grobogan dan Blora.
Bahkan, sesekali dia merangsek ke wilayah Bojonegoro, Tuban maupun Rembang untuk menjajakan pentolnya.
Saking seniornya dalam urusan pentol, acap kali orang di sekelilingnya memanggil Masdi Pentol.
Lelaki kelahiran 1969 ini memulai karirnya sebagai penjual pentol sejak 1990. Idenya untuk berjualan pentol itu muncul saat dia merantau di Ibu Kota.

"Pentol ini saya terinspirasi dari cilok yang khas Jawa Barat."
"Saat merantau di Jakarta dan sekitarnya seringkali ada yang jualan cilok, maka saya berpikiran untuk jualan di kampung halaman," ujar lelaki asal Dusun Kedungjati, Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Grobogan, saat mangkal di depan minimarket di Desa Gagaan, Kecamatan Kunduran, Blora, Kamis (8/4/2021) dini hari.
Awal mula dia jual pentol tidak lantas mengenakan jas lengkap dengan dasi.
Pikiran untuk tampil beda nan necis itu muncul 10 tahun terakhir.
Benar saja, saat dia melunasi apa yang dipikirkannya, Masdi selalu menjadi pusat perhatian saat jualan.
Penjual pentol serasa anggota DPRD

Penampilannya yang kelewat rapi untuk ukuran penjual pentol pada umumnya menjadi alasan tersendiri bagi sejumlah orang untuk sekadar menjawab penasarannya dengan membeli.
Tidak hanya setelah jas dan dasi yang selalu dia kenakan.
Saat hari Jumat, dia mengenakan baju koko dan sarung.
Di hari-hari tertentu juga mengenakan baju warna khaki ala pegawai negeri.
"Pakai khaki kalau Senin biasanya," ujar bapak tiga anak.
Benar. Penampilan Masdi akhirnya membuat Mustakim penasaran. Dia membeli pentol Masdi meski hanya Rp5 ribu saja.
"Ada ya orang jualan pentol serasa DPRD (anggota dewan, red). Mungkin terinspirasi."
"Malam-malam masih pakai sepatu dengan dasi lengkap ala orang yang mau dilantik," tutur Mustakim.
Soal rasa, kata Mustakim, pentol Masdi terbilang enak. Bumbunya meresap. Campuran saus dan sambal menjadikan kelezatan pentol paripurna.
Selain karena penampilannya yang rapi, Masdi juga punya cara lain untuk mencuri perhatian dari calon pembeli pentolnya.
Dalam berjualan pentol, Masdi menggunakan sepeda motor lengkap dengan gerobak di jok bagian belakang.
Tepat di belakang gerobak tertempel speaker aktif mungil yang senantiasa memutar rekaman pengajian.
"Ini yang ceramah adalah guru pesantren anak saya. Anak saya yang ketiga nyantri di Wedung, Demak. Saya juga ikut ngaji ke sana," kata dia.
Alasan dia memutar rekaman pengajian tidak lain adalah sebagai pengingat bagi dirinya sendiri. Syukur kalau pembelinya turut mendengarkan.
"Hidup itu mau apa, kan ya saling mengingatkan dan hati ini agar selalu bersih," ujarnya sembari menampakkan wajah riang.
Dalam sehari, pentol yang dia jual rata-rata sebanyak 50 kilogram.
Dagangan sebanyak itu dia jual dari pukul 15.00 WIB atau selepas salat Asar sampai sekitar pukul 01.00 dini hari.
Berbeda saat sebelum pandemi Covid-19, dalam tempo waktu yang sama, pentol Masdi bisa terjual sampai 60 kilogram.
Berapa keuntungan yang diperoleh, kata Masdi, dia tidak pernah menghitung. Baginya, itu adalah tugas sang istri di rumah.
Dia hanya bertugas jualan, sang istri juga termasuk yang menyiapkan seluruh barang dagangannya.
Meski hampir setiap hari dia harus terjaga sampai dini hari, pagi hari dia harus mencari rumput untuk seekor sapi yang dia pelihara. (*)
Baca juga: Cerita Idris Tinggalkan Profesi Konsultan Pajak Demi Porang, Tak Sampai 2 Tahun Hasilkan Rp3 Miliar
Baca juga: Tak Tahan Dua Kali Menjanda, Wanita Muda Ini Minta Ibu Kandungnya Carikan Pria Hidung Belang
Baca juga: Gara-gara Uang Tabungan Rp12.500 Hilang, Kepsek dan Guru Bakar Tangan Siswa hingga Melepuh
Baca juga: Kecelakaan Truk vs Tronton di Tol Pemalang-Batang, 1 Orang Tewas, Kondisinya Mengenaskan