TRIBUN-PANTURA.COM, SOLO - Seorang warga Jebres Solo berinisial W (73) meninggal dunia ketika karantina mandiri bersama keluarga, Senin (2/11/2020) kemarin.
Sebelumnya ia dikarantian karena anak W, dengan inisial S meninggal dunia terkonfirmasi positif covid-19 setelah menjalani perawatan di salah satu rumah sakit swasta di Kota Solo.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo, Siti Wahyuningsih menyampaikan, setelah S diketahui terkonfirmasi positif pihaknya melakukan tracing dan akan mengagendakan swab terhadap keluarga.
Baca juga: Oknum Anggota TNI Diduga Terlibat Penembakan Pendeta Yeremia di Papua, Begini Tanggapan Pimpinan DPR
Baca juga: Rencana UMK Blora hanya Naik Rp 60 Ribu pada 2021
Baca juga: Hati-hati Tumpahan Oli di Tanjakan Tanah Putih Kota Semarang Siang Ini, 2 Pemotor Terpeleset
Baca juga: Drummer SID Jerinx Dituntut 3 Tahun Penjara Karena Sebut IDI Kacung WHO
"Namun yang bersangkutan tidak kersa diswab."
"Sehingga, kita sarankan untuk karantina mandiri," ucapnya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (3/11/2020).
Dia menuturkan, W belum diketahui terkonfirmasi positif atau tidak.
Hal itu lantaran dia tidak mau diswab.
"Sebetulnya kalau mengikuti anjuran kita, permasalahan segera selesai."
"Tidak ada pemerintah menginginkan hal buruk, pasti yang terbaik untuk masyarakat," ungkapnya.
Mengenai tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap satu keluarga yang menolak swab itu, dia menganjurkan untuk karantina mandiri secara ketat.
"Untuk tindak lanjutnya, melihat masyarakat yang tidak mau diswab ya harus ketat melakukan karantina mandiri. Kalau saya ya mutlak untuk karantina mandiri," tegasnya.
Dia menyampaikan, belajar dari kasus tersebut pihaknya meminta masyarakat untuk tidak egois.
"Karena, jangan berpikiran untuk dirinya sendiri. Tetapi harus memutus mata rantai. Artinya, tidak menularkan ke orang lain," terangnya.
Pengawasan Satgas Jogo Tonggo
Melihat adanya kasus tersebut, wanita yang akrab disapa Ning itu meminta agar Satgas Jogo Tonggo untuk diaktifkan.
"Tetangga untuk mengawasi keluarga tersebut karantina mandiri, jangan sampai, bahkan, karantina mandiri tapi pergi-pergi itu, sama saja," ucap Ning.
Menurutnya, paling penting untuk hal pengawasan karantina mandiri adalah dari tetangga.
"Pengawasan karantina mandiri itu ya dari tetangga, Jogo Tonggo. Puskesmas juga ikut memantau," ungkapnya.
Ning menuturkan, sebenarnya tidak semuanya bisa dibebankan kepada pemerintah.
Baca juga: Polresta Banyumas Amankan 80 Liter Tuak dan 50 Liter Ciu
Baca juga: Memasuki Musim Penghujan Bupati Batang Wihaji Minta BPBD On Call 24 Jam
Baca juga: Lionel Messi Menolak Potong Gaji, Barcelona Terancam Bangkrut Dua Bulan Lagi
Baca juga: Satu Kecamatan di Blora Dinyatakan Terbebas dari Covid-19
"Tetapi kita mengaktifkan kegiatan Jogo Tonggo atau sengkuyung warga," ucapnya.
Dia meminta, kalau ada yang dikarantina, masyarakat diminta untuk memberikan support terhadap warga yang melaksanakan karantina mandiri.
"Support tidak hanya logistik ya, tetapi juga termasuk support mental dan mengawasi, bahwa keluarga tersebut benar-benar karantina mandiri," tuturnya.
Dengan adanya hal itu, sehingga, lanjutnya, kasus ini bisa diputus mata rantai penularannya.
"Ini kasus pertama yang menolak swab. Dengan kontak erat, kontak dekat ya baru ini," tandasnya. (kan)