Berita Batang

Jatuh Bangun Perajin Ganjel Truk Alas Roban Batang, Justru Tidak Terpengaruh Pandemi Covid-19

Tumpukan kayu memenuhi gubuk kecil yang ada di salah satu sudut Jalan Pantura Batang-Kendal.

Penulis: budi susanto | Editor: Rival Almanaf
Tribun-Pantura.com/ Budi Susanto
Nahrowi pengrajin pengganjal roda truk kayu, sibuk memproduksi pengganjal roda truk di gubuk kecil yang terletak di wilayah Alas Roban Jalan Pantura Batang-Kendal, Sabtu (3/10/2020). 

TRIBUN-PANTURA.COM, BATANG - Tumpukan kayu memenuhi gubuk kecil yang ada di salah satu sudut Jalan Pantura Batang-Kendal.

Di gubuk kecil tersebut, seorang pria nampak sibuk mengolah potongan kayu menggunakan alat pertukangan.

Ia terlihat fokus mengubah potongan kayu menjadi pengganjal roda truk berbentuk segitiga.

Konsentrasi pria bernama Nahrowi itu tak tergoyahkan, meski raungan mesin kendara yang melintas memekakan telinga.

Terlilit Utang untuk Biayai Anak Sekolah, Pria Ini Nekat Mencuri Motor

Perdagangan Anak di Banyumas Dibongkar Polisi, Korbannya Tidak Cuma Satu Orang

Gadis 19 Tahun Diperkosa Paman, Diancam Dibunuh Jika Melapor

Gubuk kecil tempat Nahrowi, menjadi satu di antara tempat pembuatan penganjal roda truk dari kayu atau sering disebut warga lokal sebagai "ganjel truk" yang masih tersisa.

Di sela-sela kesibukannya, Nahrowi menjelaskan sudah membuat ganjel truk dari tahun 2009 silam.

Ia juga menerangkan pengrajin ganjel truk lambat laun mulai ditinggalkan oleh warga di sekitar wilayah Alas Roban Pantura Batang-Kendal.

"Padahal dulu banyak yang membuat, tapi sekarang hanya sekitar 11 orang," katanya saat ditemui Tribun-Pantura.com, Sabtu (3/10/2020).

Dilanjutkannya, beberapa pengrajin sudah berumur, dan tidak ada yang menerus membuat ganjel truk.

"Yang muda-muda ya milih kerja pabrik atau merantau. Mungkin pabrik dianggap lebih menjanjikan," paparnya.

Menurut Nahrowi, pengrajin ganjel truk dari Batang menjadi pemasok ke beberapa wilayah di Pulau Jawa hingga Sumatra.

"Di Jateng adanya ya di sini, bahkan ganjel truk dari sini dikirim ke Sumatra. Kalau di Batang harganya Rp 15 ribu, di Sumatra bisa sampai Rp 150 ribu," katanya.

Nahrowi menjelaskan, ganjel truk yang ia buat berbahan dasar kayu dari pohon nangka dan mangga.

"Dari dulu bahan dasarnya kayu pohon nangka dan mangga. Kayu tersebut juga kuat, bahkan bisa bertahan bertahun-tahun," ucapnya.

Setiap hari, Nahrowi bisa membuat puluhan ganjel truk untuk memasok beberapa warung di sepanjang jalur Pantura Batang.

"Lumayan sebenarnya meski tak laku setiap hari, setidaknya pengrajin ganjel truk tak terpengaruh adanya pandemi Covid-19."

"Karena bahan mudah dicari dan supir truk sangat membutuhkan ganjel truk,apalagi jalur di sini naik turun," paparnya.

Ini yang Harus Kamu Lakukan Jika Ada Orang Batuk di Sekitar Kita

Omzet Menurun Karena Pandemi, Manajer Water Park Ini Jadi Tersangka Setelah Gelar Pesta Kolam

Jadwal Samsat Keliling Kabupaten Kendal Hari Ini, Sabtu 3 Oktober 2020

"Terpisah, Yanto penjual ganjel truk di wilayah Alas Roban, mengaku selain di Batang, di wilayah Jabar juga ada pengrajin ganjel truk.

"Tapi pemasok paling banyak di sini, karena dari Jatim, Jabar, hingga Sumatra ambil dari Batang," imbuhnya.

Ia menambahkan, selama jalan Pantura masih diramiakan truk, ganjel truk tetap dibutuhkan.

"Kalau tidak ada ganjel, ya istilah Jawa nya supirnya ambyar. Kalau tidak kuat nanjak saat muatan berat dan tidak diganjel, truk pasti akan mundur dan menyebabkan kecelakaan," tambahnya. (bud)

Sumber: Tribun Pantura
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved