Berita Tegal
Bule Cantik Spanyol dan Pemuda Cimahi Bersepeda Jogja-Sabang, Kampanyekan Bebas Sampah Plastik
Bule Cantik Spanyol dan Pemuda Cimahi Bersepeda Jogja-Sabang, Kampanyekan Bebas Sampah Plastik
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: yayan isro roziki
TRIBUNPANTURA.COM, TEGAL - Seorang bule cantik asal Spanyol Maia Lan (24), dan pemuda asal Cimahi, Rafli Purnama (21), rela bersepeda Jogja-Sabang, guna mengkampanyekan gerakan bebas sampah plastik.
Keduanya berangkat kampanye zero waste dari titik nol kilometer Yogyakarta, pada Selasa (20/10/2020).
Tujuan akhirnya, titik nol kilometer di Pulau Sabang, Nagroe Aceh Darussalam (NAD) --wilayah paling ujung barat Indonesia--.
Baca juga: Netizen Beri Nilai Rapor 66 untuk Kinerja Presiden, Riset Media Sosial Setahun Jokowi-Maruf
Baca juga: Hari Pertama Pelaksanaan PTM SMPN 1 Slawi, Fatah: Semua Siswa Masuk Kelas, tapi . . .
Baca juga: Gara-gara Bediang Sapi, 6 Rumah di Blora Hangus Dilalap Api, Kapolsek: Kerugian Rp500 Juta
Baca juga: Wawali Tegal Jumadi Dapat Anugerah Human Excellent 2020 dari Sultan Kacirebonan
Rafli mengatakan, dalam perjalanan menuju nol kilometer di Sabang, ia dan Maia selalu melakukan kampanye bebas sampah plastik.
Mengajak masyarakat mengurangi sampah plastik, bahkan jika bisa mendaur ulang sampah tersebut.
Ia mengatakan, perjalanan mereka juga menggunakan bahan daur ulang.
Misalnya jeriken bekas yang digunakan untuk wadah barang di kanan kiri sepeda.
Rafli menjelaskan, untuk model kampanye dilakukan keduanya yakni dengan cara sharing bersama masyarakat yang ditemui di setiap daerah.
"Kadang kan ada yang suka tanya kenapa bawa jeriken. Lalu kita sharing, ini bisa didaur ulang."
"Kita contohkan juga untuk mengurangi sampah, misal tidak pakai sedotan," kata Rafli saat beristirahat di Objek Wisata Pantai Alam Indah (PAI) Tegal, Minggu (25/10/2020) kemarin.
Ajakan untuk mengurangi sampah juga selalu disampaikan oleh pesepeda asal Spanyol, Maia.
Maia mengatakan, untuk air minum selama di perjalanan, ia dan Rafli memakai jeriken berukuran 6 liter.
Mereka tidak membeli air mineral botol.
Jika air minum habis, maka akan diisi ulang di tempat masyarakat yang menjadi pemberhentian untuk istirahat.
Maia menilai, membeli air mineral dalam kemasan botol atau gelas hanya akan memperbanyak sampah.
"Jadi kita gak perlu beli botol. Bukan karena uangnya, tapi karena plastiknya itu."
"Aku minum delapan liter per hari, nanti membuang delapan botol," ungkapnya dengan bahasa Indonesia yang fasih.