Berita Pendidikan

Ini Alat Pendeteksi Kerumunan Karya Siswa MAN 2‎ Kudus‎, Raih Juara The Top Contender AMD 2020

Ini Alat Pendeteksi Kerumunan Karya Siswa MAN 2‎ Kudus‎, Raih Juara The Top Contender AMD 2020

Tribunpantura.com/Raka F Pujangga
Alat pendeteksi kerumunan karya siswa MAN 2 Kudus peraih The Top Contender dalam AMD 2020. 

TRIBUNPANTURA.COM, KUDUS - Kebijakan pemerintah untuk membatasi jumlah orang di dalam gedung, mendorong Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kudus menciptakan alat pencegah kerumunan.

Alat itu diberi nama Medigate atau disebut juga gerbang kesehatan, karena bisa mengetahui kondisi kerumu‎nan.

‎Penemuan itu juga meraih kategori The Top Contender dalam ajang Akademi Madrasah Digital (AMD) 2020 yang diselenggarakan Direktorat KSSK Madrasah Dirjen Pendis Kementerian Agama.

Arab Saudi Larang Kedatangan Warga 20 Negara, Termasuk Indonesia, Gimana Nasib Calon Jamaah Umrah?

Sebelum Berlakukan Jateng di Rumah Saja, Pemkot Tegal akan Berikan Bansos untuk Masyarakat

BKD Kabupaten Pekalongan Usulkan 1.650 Guru Honorer Jadi PPPK, Ini Penjelasan Wiryo

Jateng di Rumah Saja Kota Tegal Tak Hanya Tutup Pasar dan Mal, Dedy: Tutup Jalan, Padamkan Lampu

Medigate merupakan alat pemantau jumlah pengunjung. Alat ini memudahkan supermarket dalam membatasi jumlah pengunjung. 

Menurutnya, alat tersebut dapat mencegah adanya kerumunan yang berlebih sehingga dapat mencegah terjadinya penularan virus covid-19. 

Alat itu berupa people counter berbasis  IoT (Internet of Thing) yang terdiri dari lima orang siswa MAN 2 Kudus, yaitu Falih Nugrahanto sebagai teknis serta Kharisma NH, Hanifah T, Nur Fadhila S dan Tiffa KD sebagai non teknis. 

Falih mengatakan, sistem kerja alat tersebut dengan menaruh sensor di depan pintu masuk sehingga jumlahnya terus terpantau.

Jika melebihi kapasitas, maka lampu indikatornya akan menyala sehingga pengunjung lainnya dilarang masuk.

"Ide alat ini kami buat karena masa pandemi ini ada larangan untuk berkerumun. Dan selama ini penghitungan pengunjung masih dilakukan manual," ujar dia, Rabu (3/2/2021).

Lewat sistem Mediagate tersebut, jumlah pengunjung akan terpantau secara otomatis dalam aplikasi android.

Sehingga jumlah pengunjung bisa terpantau secara real time karena terhubung internet dalam sistem.

"Aplikasi ini terkoneksi internet, jadi jumlah pengunjungnya bisa terlihat langsung," ujar dia.

Artinya, kata dia, pengunjung bisa mengetahui jumlah pengunjung yang ada di sana sudah padat atau belum.

Ketika terpantau padat, maka pengunjung bisa mencari alternatif tempat yang lainnya untuk berbelanja.

"Pengunjung bisa mencari alternatif lain kalau sudah penuh," ujar dia.

Siswa MAN 2 Kudus menunjukkan alat pendeteksi kerumunan yang meraih juara The Top Contender dalam AMD 2020.
Siswa MAN 2 Kudus menunjukkan alat pendeteksi kerumunan yang meraih juara The Top Contender dalam AMD 2020. (Tribunpantura.com/Raka F Pujangga)

Menurutnya biaya produksi pembuatan sistem itu sekitar Rp 1,5 juta, ‎sehingga bila dikomersilkan harganya sekitar Rp 2 juta sampai Rp 4 juta.

Saat ini, produk itu sudah ditawarkan ke sejumlah pusat perbelanjaan modern untuk memudahkan deteksi kerumunan.

"Sudah ada yang tertarik satu supermarket untuk menggunakan alat Medigate ini," jelas dia.

‎Sementara itu, guru pembimbing, Widayato mengatakan timnya telah bekerja keras ‎untuk mulai dari perencanaan sampai terciptanya alat membutuhkan waktu enam bulan. 

Mulai pertengahan bulan Juli 2020 sampai dengan bulan Desember 2020.  

Latar belakang terciptanya alat Medigate ini adalah adanya pandemi Covid-19 yang sedang mewabah sekarang ini.  

"Ini salah satu upaya pencegahan yang dianjurkan WHO adalah Physical Distancing," ujar dia.

Medigate bermanfaat untuk menurunkan tingkat penyebaran Covid-19 dan mencegah terjadinya klaster baru dengan pengukuran data pengunjung berdasarkan data real.

"Tujuan dibuatnya Medigate adalah terciptanya kenyamanan berbelanja dengan membatasi kerumunan dan tetap menerapkan protokol kesehatan," ujar dia.

Ke depannya, alat ini tidak hanya untuk mendeteksi jumlah pengunjung karena masa pandemi, tetapi tetap bisa dimanfaatkan untuk para pengelola gedung atau ruang pertemuan untuk melakukan kontrol tentang jumlah pengunjung dalam gedung tersebut. 

"Sehingga berakhirnya masa pandemi covid-19 alat ini masih bisa dimanfaatkan sepanjang masa," ujar dia.

Kepala MAN 2 Kudus, Shofi, sangat bangga dengan raihan prestasi nasional dalam lomba Akademi Madrasah Digital ini. 

"Harapan ke depan, produk anak-anak ini dapat diproduksi secara luas oleh pihak terkait agar teknologi ini benar-benar dapat bermanfaat untuk masyarakat, bangsa, dan negara," ujar dia. (raf)

Bantah Sunat Dana Seniman, PAMMI Kudus Tuntut Irma Glow Mintaa Maaf: Jika Tidak . . .

Jenazah Alif Ditemukan 15 Km dari Tempatnya Tercebur, Korban Hanyut Sungai Sengkarang Pekalongan

ASN Kabupaten Tegal Gemar Korupsi Waktu, Bupati Umi Geram: Tak Ada Kontribusinya, Laporkan ke Saya

Kisah Kapsin Penjaga Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang di Tegal, Tak Surut Diterpa Panas & Hujan

Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved