Berita Tegal
Cabai Rawit Setan Harganya Selangit, Begini Keluhan Pedagang Ayam Geprek dan Pecel di Tegal
Cabai Rawit Setan Harganya Selangit, Begini Keluhan Pedagang Ayam Geprek dan Pecel di Tegal
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: yayan isro roziki
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad
TRIBUNPANTURA.COM, TEGAL - Tingginya harga komoditas cabai berdampak kepada unit usaha makanan.
Banyak pedagang atau pemilik rumah makan yang mengurangi porsi cabai dalam pembuatan sambal.
Ada juga yang tetap mempertahankan pedasnya namun harga makanan dinaikkan.
Baca juga: Harga Cabai Rawit Setan di Kabupaten Tegal Naik Rp10.000 Per Kilogram, Sekarang Jadi Segini
Baca juga: Sebulan Jelang Ramadan, Harga Cabai di Tegal Melambung Tinggi, Ini yang Dilakukan Dinas Perdagangan
Baca juga: Gila, Naik Lagi! Harga Cabai Rawit Setan di Tegal Capai Rp120.000 Per Kilogram
Baca juga: Hargai Cabai Meroket, Pedagang Ayam Geprek di Slawi Kurangi Level Pedas
Dampak tersebut juga berlangsung di wilayah Kota Tegal.
Paling tinggi yaitu harga cabai rawit merah seharga Rp120 ribu per kilogram.
Seorang pedagang ayam geprek, Yanti (45) mengatakan, tingginya harga cabai rawit merah cukup membuatnya pusing.
Saat ini satu buah cabai rawit merah harganya Rp1.000.
Sementara untuk membuat selera pedas masyarakat rata-rata membutuhkan tiga sampai lima buah cabai.
"Ya kami antisipasi. Cabai rawit setan harganya selangit, jadi buat sambal gepreknya cabai rawit merah dengan cabai merah keriting. Itu tetap pedas," katanya kepada tribunpantura.com.
Yanti mengatakan, ia pun menaikkan harga ayam gepreknya akibat tingginya harga cabai dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelumnya ayam gepreknya dijual seharga Rp8.000 per porsi.
Karena tingginya harga cabai jadi naik Rp10.000 per porsi.
"Tapi kami tetap mempertahankan cita rasa pedasnya. Kalau gak pedas nanti malah gak pada suka," ujarnya.
Sementara pedagang pecel dan mendoan, Ida (40), memilih untuk berhenti dulu membelu cabai rawit merah.
Ia menilai harganya terlalu mahal.
Ia pun menggantinya dengan membeli cabai rawit hijau.
"Rawit merah gak beli sama sekali, terlalu mahal. Diganti rawit hijau yang harganya masih bisa dijangkau," katanya. (fba)
Baca juga: Tolak Impor Garam, Serikat Nelayan NU Kritik Pemerintah: Kuncinya di Petani, Bukan Importir Garam
Baca juga: Jateng Ubah Kebijakan Vaksinasi untuk Lansia, Batasan Usia Tidak Lagi 60 Tahun ke Atas
Baca juga: Vaksinasi di Kabupaten Tegal Terus Berjalan, Dinkes Sebut Masyarakat Kian Abaikan Prokes
Baca juga: Dua Purnawirawan Jenderal Dirikan Panara Course, Bimbel Khusus Seleksi Masuk TNI-Polri
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pantura/foto/bank/originals/pedagang-cabai-dan-sayuran-di-pasar-trayeman-slawi-tonisah-saat-sedang-men.jpg)