Penulis: Fajar Bahruddin Achmad
TRIBUNPANTURA.COM, BREBES - Sepasang suami istri di Kabupaten Brebes, Asep Sopari (55) dan War'atun (50), tidak menyangka olahan makanannya yang berbahan tomat akan digemari masyarakat.
Mereka setiap harinya memproduksi makanan bernama Torakor, kepanjangan dari Tomat Rasa Korma.
Yaitu buah tomat yang diolah menyerupai kurma.
Baca juga: Mencicipi Ampo di Blora, Kuliner Jadul Terbuat dari Tanah Liat, Dipercaya Bisa Obati Sakit Perut
Baca juga: Sudah Ada Sejak 1940, Begini Lezatnya Kuliner Legendaris Kue Tempel Mamah Cun di Kota Tegal
Baca juga: Sensasi Pedas-Gurih Belut Pecak Santan, Warung Legendaris di Pemalang Sejak 1975, Bikin Keringatan
Baca juga: Lezatnya Gelato Tanpa Bahan Pengawet di Arto Cafe Pekalongan, Putri: Segar di Tenggorokan
Baik bentuknya, warnanya, hingga rasanya.
Mereka berdua adalah warga Desa Dukuhwringin RT 23 RW 10, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes.
Kini di momen Ramadan, keduanya kebanjiran pesanan untuk menstok toko oleh-oleh di Pantura Brebes-Tegal.
Asep bercerita, ia bersama istrinya merintis usaha Torakor sejak 2013.
Ketika itu ia masih bekerja sebagai petani bawang dan tomat.
Lalu pada saat harga tomat anjlok, ia kepikiran untuk membuat olahan makanan dari tomat.
Namun usaha tidak langsung berhasil.
Ia sempat gagal hingga 10 kali lebih, seperti terlalu manis ataupun hasilnya pecah-pecah.
"Sudah lama, semenjak saya masih di kelompok tani. Saya pikir supaya nilai jualnya nambah gimana, akhirnya saya coba-coba," kata Asep kepada tribunpantura.com, Jumat (24/4/20201).
Asep mengatakan, ia dan istrinya adalah pelopor pertama pembuat makan tomat rasa kurma tersebut.
Ia bersyukur hingga saat ini usahanya masih berjalan.
Asep mengatakan, Torakor tersebut merupakan makanan yang murni menggunakan tomat.
Tidak ada pemanis buatan maupun pengawet.
Bahan yang digunakan hanya tomat dan gula.
Usahaannya pun sudah mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes.
"Ini namanya Torakor, tomat rasa korma. Jadi dibuat dari buah tomat segar diolah menjadi kurma tanpa biji," ujarnya.
Asep mengatakan, penjualan Torakor semasa Ramadan meningkat drastis.
Banyak permintaan untuk digunakan sebagai menu berbuka puasa maupun sahur.
Termasuk suplai untuk swalayan dan toko oleh-oleh.
Ia mengatakan, dalam sehari produksinya sebanyak 10 kilogram sampai 20 kilogram tomat.
"Kalau harganya beragam. Yang seperempat kilogram itu Rp 20 ribu, setengah kilogram Rp 40 ribu, dan 1 kilogram Rp 80 ribu," jelasnya.
Asep mengatakan, produksi Torakor cukup mudah dan bisa dilakukan oleh masyarakat di rumah.
Usahanya dan istrinya juga merupakan penghasilan tambahan.
Ia sehari-hari bekerja sebagai staf dari anggota DPRD Brebes, sedangkan istrinya bekerja sebagai guru SD.
Asep menjelaskan, untuk membuat Torakor pertama tomat yang digunakan harus matang dan segar.
Kemudian tomat ditusuk-tusuk menggunakan garpu.
Setelah itu tomat direndam dengan air kapur sirih selama 5 sampai 6 jam.
"Tomat direndam air kapur sirih ini tujuannya agar lendir dan getah tomat keluar," katanya.
Langkah keempat, menurut Asep, biji-biji tomat dibersihkan dan dibuang.
Lalu tomat dicuci hingga bersih menggunakan air.
Setelah itu, tomat direbus bersama gula pasir. Takarannya 5 kilogram tomat per 1 kilogram gula pasir.
Asep mengatakan, prosea merebus tersebut berlangsung 3 jam sampai airnya habis.
Dinginkan selama 2 jam sebelum masuk ke proses penjemuran.
"Kemudian dijemur 3 sampai 4 hari. Setelah kering tomat dibentuk menyerupai kurma dan siap dikemas," jelasnya. (fba)
Baca juga: Segarnya Dawet Beras Khas Tegal, Satu Mangkuk Dihargai Segini, Gak Ketulungan Murahnya!
Baca juga: Sensasi Rasa Kenyal dan Gurih, Nikmatnya Ponggol Ketan Kuliner Khas Kota Tegal
Baca juga: Ke Blora Belum Lengkap Bila Tak Menikmati Kopi Santan: Rasanya Mantap, Gurih!
Baca juga: Unik, di Kudus Biji Kopi Juga Diolah Jadi Bakso, Rasanya Jangan Ditanya