Berita Tegal

Kisah Said Aqil, Santri API Tegalrejo Pengusaha Kapal Sukses di Tegal, Deg-degan Tak Hafal Alfiyah

Kisah Said Aqil, Santri API Tegalrejo Jadi Pengusaha Kapal Sukses di Tegal, Deg-degan Tak Hafal Alfiyah

Tribunpantura.com/Fajar Bahruddin Achmad
Kang Said Aqil, pengusaha kapal sukses di Tegal berdiri di samping foto keluarga Yayasan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang. Said merupakan alumni pesantren API Tegalrejo. 

TRIBUNPANTURA.COM, TEGAL – Suasana mengaji di pondok pesantren (ponpes) Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, masih lekat diingatakan Said Aqil (40), seorang pengusaha kapal di Kota Tegal.

Ia ingat betul saat mendapat hukuman berdiri di kelas karena tidak lulus dalam setoran rutin bait syair kitab Alfiyah Ibnu Malik.

Dia tersenyum bahagia mengingat kenangan tersebut.

Menurutnya waktu untuk setor hafalan menjadi kenangan terindah saat mondok atau nyantri.

Baca juga: Janji Ganjar soal Pembubaran BUMD Tak Produktif: Tindaklanjuti Rekomendasi DPRD Jateng

Baca juga: Kalangan ASN hingga TNI-Polri, Berikut Klaster Penularan Covid-19 yang Masih Aktif di Semarang

Baca juga: Kisah Trena-Treni, Terpisahkan Konflik Ambon Kembali Dipertemukan TikTok, Tak Tahu Punya Kembaran

Baca juga: Curhat Ibu Siswa SMK di Lombok yang Nikahi 2 Gadis dalam Sebulan: Tolong Biarkan Anak Saya Sekolah

Karena di momen-momen itu hanya satu yang dirasakan, tegang dan deg-degan.

Ya, Kang Said, sapaan akrabnya, memang adalah alumni pesantren API Tegalrejo.

Saat ini, Kang Said tercatat sebagai warga Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal.

Said seorang santri yang dapat dikategorikan sebagai pengusaha sukses di bidang perkapalan.

Dia mempunyai lima kapal berukuran di atas 30 gross tonage (GT), dengan masing-masing anak buah kapal (ABK) sebanyak 25 orang.

Maka dia telah memperkerjakan sekira 125 ABK.

Said mengatakan, pondok pesantren adalah tempat pendidikan yang mengenalkannya dengan jati diri.

Ia tidak lupa dengan nilai-nilai agama dan prilaku yang didapat saat mondok.

Said mengatakan, ada satu bait dalam Kitab Alfiyah karangan Syekh Ibnu Malik yang dijadikannya sebagai motivasi.

Kang Said Aqil, pengusaha kapal sukses di Tegal yang merupakan alumni Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang, sedang membaca salah satu kitab kuning di rumahnya.
Kang Said Aqil, pengusaha kapal sukses di Tegal yang merupakan alumni Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang, sedang membaca salah satu kitab kuning di rumahnya. (Tribunpantura.com/Fajar Bahruddin Achmad)

Lafal bait tersebut berbunyi ‘La aq’udul ‘anil haija’i- Walaw tawalat zumarul a’da’i’.

Artinya 'Aku tidak akan duduk bertopang dagu karna pertempuran, meski menghadapi gelombang musuh yang datang silih berganti.'

"Ini yang sekarang masih saya ingat dan hanya satu bait saja. Di situ, orang itu butuh perjuangan. Di situ dijelaskan agar tidak mundur sejengkalpun."

"itu sangat memotivasi sekali bagi saya," kata Said yang juga aktif sebagai pengurus PCNU Kota Tegal, kepada tribunpantura.com, Sabtu (17/10/2020).

Said bercerita, ia sudah mengenyam pendidikan pondok pesantren sejak masih kecil.

Pertama di usia SD, ia menjadi santri di Pondok Pesantren Al Falah di Desa Jatirokeh, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes.

Kemudian ia melanjutkan menjadi santri di Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang. Ia menjadi santri di Tegalrejo selama enam tahun, sejak 1993 hingga 1999.

Ia juga sempat menjadi santri di pondok pesantren milik Mbah Mawardi di Bantul, Yogyakarta.

Said mengatakan, setelah pulang dari pondok ia kemudian berbisnis dengan membeli satu kapal ukuran di bawah 30 GT.

Namun tidak berjalan lancar. Kapal bolak-balik ke laut namun tidak membuahkan hasil, justru rugi.

Ia pun saat itu memutuskan untuk menjual kapal dan ikut bekerja sebagai karyawan di usaha kapal milik orangtuanya.

“Posisi saya sangat down. Kapal dijual dan saya ikut kerja di usaha orangtua. Ya saya jadi pengurus di kapal bapak saya."

"Saya harus merasakan disuruh-suruh ABK, disuruh-suruh nahkoda untuk melengkapi kebutuhan melaut mereka,” ungkapnya.

Said mengatakan, ia kembali merintis usahanya setelah bekerja di usaha orangtuanya selama lima tahun, dari 2005 sampai 2010.

Kemudian pada 2010, ia membeli satu kapal berukuran di bawah 30 GT dengan harga Rp250 juta.

Ia bersyukur, usaha kapalnya terus meningkat. Saat ini ia memiliki lima kapal berukuran di atas 30 GT dan satu kapal yang masih dipesan.

Said mengatakan, kapalnya melaut dalam jangka waktu dua bulan. Setelah pulang satu kapal mendapatkan ikan sebanyak 30 ton sampai 50 ton.

Kemudian untuk gaji dari bagi hasil yang didapatkan ABK mencapai Rp 7 juta sampai Rp 10 juta. Terkadang jika hasil tangkapan bagus per ABK bisa dapat Rp 10 juta sampai Rp 12 juta.

“Untuk hasil tangkapan cumi diekspor ke luar negeri, China. Dari lima kapal total tangkapan cumi selama dua bulan mencapai 50 ton."

"Untuk ikan lainnya, seperti tongkol, tengiri, kuniran dan lainnya itu dijual ke lokal,” jelasnya.

Merintis pondok pesantren

Selain bergelut di usaha kapal, Said juga sedang merintis pondok pesantren yang berlokasi di Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal.

Yayasan tersebut diberi nama Pondok Pesantren Asrama Pendidikan Islam Muarareja.

Said mengatakan, pondok pesantren tersebut baru aktif sejak April 2020. Saat ini santrinya baru berjumlah 15 orang.

“Memang baru. Awalnya saya mengusulkan untuk membangun pondok pesantren ke keluarga. Alhamdulillah ibu sangat mendukung,” kata Said yang menjabat sebagai ketua yayasan.

Said mengatakan, ia selalu mengingat pesan dari kiainya, KH Abdurrohman Chudlori. Bahwa santri harus tetap tawadhu, andhap ashor, dan selalu mengaji.

Pesan itu juga ia selalu sampaikan kepada santri-santrinya di Pondok Pesantren Asrama Pendidikan Islam Muarareja.

Sementara untuk para ABK yang bekerja di kapalnya, ia berpesan agar jangan lupa sholat, berdoa, dan membiasa melafalkan sholawat.

“Untuk yang saat ini masih nyantri dan mondok tetap semangat. Tidak usah berpikir setelah mondok mau jadi apa, mau usaha apa."

"Ketika kita yakin dengan ilmu dari Allah yang kita pelajari, maka dunia akan melayani kita. Itu harus jadi semangat yang ditancapkan di dalam hati,” pesannya. (fba)

Baca juga: Tampilannya Elegan, tapi Harga Sepeda Lipat United Trifold 11S LE Bikin Pusing Kepala

Baca juga: Tolak Ajakan Rujuk, Tubuh Wanita Ini Disiram Minyak Tanah Oleh Suami, 3 Rumah Hangus Terbakar

Baca juga: Berkah TikTok, Kembar Identik Trena-Treni Kembali Bertemu setelah 20 Tahun Terpisah: Gak Nyangka

Baca juga: Bobol Warung Bakso di Ungaran, Pencuri Gondol 300 Pentol, Sempat Masak dan Tinggalkan Celana Kotor

Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved