Berita Kuliner
Mencicipi Ampo di Blora, Kuliner Jadul Terbuat dari Tanah Liat, Dipercaya Bisa Obati Sakit Perut
Mencicipi Ampo, Kuliner Jadul yang Terbuat dari Tanah Liat, Dipercaya Bisa Obati Sakit Perut
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: yayan isro roziki
Penulis: Rifqi Gozali
Ampo adalah kliner jadul yang khas nan unik. Kudapan berbahan dasar tanah liat ipilihan ni dipercaya mampu menyembuhkan sakit perut. Seperti apa?
TRIBUNPANTURA.COM, BLORA – Di Kabupaten Blora masih bisa ditemui kuliner khas nan unik berbahan baku tanah liat.
Kudapan tersebut bernama ampo. Seiring dengan berjalannya waktu, kini kian jarang ditemui para pembuatnya.
Di antara pembuat ampo di Blora yang masih tersisa adalah Sarti.
Baca juga: Menikmati Ayam Bakar Mak Gogok di Blora, Kuliner Legendaris Berawal dari Centong Kayu
Baca juga: Kue Kontol Sapi Jajanan Unik dari Banten, Begini Bentuknya, Mau Coba?
Baca juga: Sudah Ada Sejak 1940, Begini Lezatnya Kuliner Legendaris Kue Tempel Mamah Cun di Kota Tegal
Baca juga: Sensasi Pedas-Gurih Belut Pecak Santan, Warung Legendaris di Pemalang Sejak 1975, Bikin Keringatan
Nenek dari delapan cucu itu sudah sejak belia lihai mengolah tanah liat hingga bisa dimakan.
Terhitung sejak usia 12 tahun sampai saat ini menginjak 65 tahun, Sarti belum pernah absen dari ampo.
Hampir setiap hari nenek yang tinggal di RT 7 RW 1 Dusun Ketangar, Kelurahan Karangjati, Blora menyempatkan diri untuk membuat ampo.
Mulai dari memilah tanah yang cocok untuk diolah menjadi makanan, sampai dengan menggarangnya sebagai tahapan membuat ampo paling akhir semua dilakukannya sendiri.

Tidak sembarang tanah bisa dibuat ampo, yang bisa diolah yakni harus tanah yang halus tanpa ada kerikilnya.
Biasanya Sarti mengambil tanah-tanah itu dari sawahnya.
Tanah dari sawah itu kemudian ditumbuk hingga teksturnya padat.
Setelahnya tanah-tanah itu dibuat bundar memanjang sebelum akhirnya dipotong tipis-tipis.
Cara memotongnya mirip dengan mengupas buah.
Alat memotong yang digunakan bukanlah pisau, melainkan sebilah bambu yang satu sisinya telah ditajamkan.
“Soalnya kalau memakai pisau tidak bisa dipotong tanahnya lengket,” ujar Sarti saat ditemui di kediamannya.
Hasil potongan tanah itu menyerupai kue gulung. Jika teksturnya masih lembek, Sarti biasa menjemurnya terlebih dulu sebelum dipanggang.
Tidak lama untuk menjemur ampo mentah itu, paling hanya sekitar 10 atau 15 menit.
Kemudian tahapan pemungkas dalam pembuatan ampo yakni memanggang di atas bara api barang 30 menit.

Memang tidak ada campuran apa pun dalam pembuatan ampo.
Aroma yang ditawarkan oleh kuliner tersebut tidak lain hanya aroma tanah.
Meski begitu, kata Sarti, masih banyak para geofagi atau mereka yang memiliki kebiasaan memakan tanah yang memburunya.
Buktinya ampo buatan Sarti selalu laris terjual.
Ampo buatan Sarti paling sering dibeli oleh bakul atau pedagang pasar di Blora.
Para pedagang itu kemudian menjualnya lagi.
Selain itu tidak jarang para konsumen yang langsung bertandang ke kediamannya demi berburu ampo.
Tidak hanya Blora, sesekali ampo buatan Sarti juga dikirim ke Rembang jika memang ada permintaan.
Bahkan yang paling berkesan bagi Sarti, ampo buatannya pernah sampai ke Arab Saudi.
Saat itu karena ada tenaga kerja Tanah Air yang memesannya.
Ampo bagi Sarti adalah tumpuan hidup.
Dari ampolah dia mendapat upah sekaligus membantu sang suami kala masih hidup dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Juga dari ampo Sarti turut serta membesarkan tiga buah hatinya.
Satu kilogram ampo, Sarti menghargainya Rp 5 ribu.
Dalam sehari, Sarti mampu memproduksi 5 sampai 10 kilogram ampo matang.
“Selain Blora, ampo ini juga kadang saya kirim ke Rembang sesuai permintaan,” ujar dia.
Ampo ini merupakan kudapan camilan.
Di sisi lain, ampo juga dipercaya mampu menyembuhkan sakit perut. (*)
Baca juga: Mirip Odading, Roti Goreng Tegal Juga Ramai Diburu Pecinta Kuliner, Rasanya Gurih Ada Wijennya
Baca juga: Sensasi Gurih-Pedas Keong Mas Khas Tegal, Ada Jebakan Cabai di Tengah Kerucut, Cocok untuk Oleh-oleh
Baca juga: Sensasi Rasa Kenyal dan Gurih, Nikmatnya Ponggol Ketan Kuliner Khas Kota Tegal
Baca juga: Ungker, Kepompong Ulat Jati Kuliner Ekstrim Khas Blora, Murmer Rp10.000 Per Ons, Berani Coba?