Berita Regional
Kisah Inspiratif Tukang Cilok yang Beli 3 Apartemen dan 13 Rumah, Pernah Putus Asa Ciloknya Tak Laku
Seorang penjual cilok di Jember ini bisa dikatakan sukses membangun usaha. Secara materi, dari hasil jualan cilok, ia mampu membeli 3 apartemen.
Penghasilan dari becak tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selanjutnya, dia melamar sebagai pegawai honorer petugas kebersihan Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Jember.
Ide awal berjualan cilok datang dari ayahnya yang juga berjualan cilok di Bali saat itu.
Sementara di Jember, masih belum ada cilok yang bahannya terbuat dari daging, yang ada hanya dari tepung.
Akhirnya, Harsono menangkap peluang itu dan mulai berjualan cilok.
Ketika ayahnya pulang dari Bali tahun 1997. Dia bersama istrinya menirukan bisnis bapaknya, yakni menjual cilok dari bahan daging sapi dicampur tepung.
“Modal awal dulu paling hanya Rp 20.000,” ungkap dia.
Uang itu untuk membeli daging lalu diolah oleh istrinya menjadi cilok. Kemudian, Harsono memasarkan cilok ke berbagai tempat.
Harsono berangkat pukul 06.30 WIB untuk berjualan cilok secara keliling. Terutama di sejumlah sekolah yang ada di Kecamatan Sumbersari hingga Kecamatan Kaliwates.
“Berangkat pagi, pulangnya habis isya’,” aku dia.
Pertama kali berjualan, cilok tidak terjual habis. Bahkan, ketika menjual ke sekolah, wali murid tidak memperbolehkan anaknya membeli cilok karena merupakan jenis makanan baru.
Semangat Harsono mulai berkurang karena penghasilan tak sesuai dengan harapan.
Dia kembali memilih jadi tukang becak selama dua bulan. Namun sang istri memintanya untuk berjualan cilok lagi.
“Waktu itu, penghasilan becak hanya Rp 5000. Sedangkan berjualan cilok Rp 10 ribu,” tambah Siti Fatimah, istri dari Harsono.
Karena mendapat dorongan dari istri untuk bersabar, Harsono kembali menjual cilok secara keliling.