Berita Regional
Kisah Inspiratif Tukang Cilok yang Beli 3 Apartemen dan 13 Rumah, Pernah Putus Asa Ciloknya Tak Laku
Seorang penjual cilok di Jember ini bisa dikatakan sukses membangun usaha. Secara materi, dari hasil jualan cilok, ia mampu membeli 3 apartemen.
TRIBUNPANTURA.COM, JEMBER - Seorang penjual cilok di Jember ini bisa dikatakan sukses membangun usaha.
Secara materi, dari hasil jualan cilok, ia mampu membeli 3 apartemen dan kini memiliki 13 rumah kontrakan.
Di Jember, siapa yang tidak kenal dengan Cilok Edy.
Penjual cilok ini kerap ditemui di berbagai titik di kawasan kampus, seperti di depan kantor DPRD Jember, di depan kampus Universitas Jember dan Universitas Muhamadiyah Jember.
Baca juga: Gerakan Peduli untuk Pedagang Sayur dan Manisan di Objek Wisata Guci
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Wilayah Tegal Raya Minggu (20/6/2021), Waspada Hujan Lebat
Baca juga: Berikut Prakiraan Cuaca BMKG di Pekalongan Raya, Minggu 20 Juni 2021
Tak hanya anak-anak yang menyukai Cilok Edy, namun juga mahasiswa hingga orang tua. Bahkan, Cilok Edy sempat memiliki beberapa cabang di Probolinggo dan Bondowoso.
“Dulu di Jember saja ada sepuluh rombong, sekarang tinggal empat rombong,” kata Harsono, pemiliki cilok Edy saat berbincang dengan di rumahnya Sabtu (19/6/2021).
Dalam sehari, Cilok Edy bisa menghasilkan Rp 5.000.000 dari empat rombong itu.
Sebelum pandemi Covid-19, dia mampu meraup omset hingga Rp 8.000.000 per hari. Harsono memiliki karyawan sepuluh orang.
Lima orang berjualan langsung menggunakan rombong. Sedangkan lima orang lainnya bagian meracik dan memasak cilok.
Hasil dari berbisnis cilok, Harsono bisa membeli tiga apartemen, 13 rumah kontrakan hingga sawah. Bahkan, dia sudah menunaikan ibadah haji pada 2019 lalu.
Kisah awal berjualan cilok
Cilok Edy merupakan usaha yang dilakukan oleh pasangan suami istri Harsono dan Siti Fatimah. Warga Kelurahan Tegalgede Kecamatan Sumbersari itu memulai usaha sejak tahun 1997 lalu.
Sebelum menekuni bisnis ini, Harsono merupakan tukang ojek dengan sepeda hasil kredit.
Namun karena tidak mampu membayar, sepeda itu diambil dan uang mukanya dikembalikan.
“Akhirnya uang muka itu dibelikan becak,” ucap dia.