Berita Kendal
Mengenal Tradisi 'Weh-wehan' Kaliwungu Kendal, Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu, Lestari hingga Kini
Mengenal Tradisi 'Weh-wehan' Kaliwungu Kendal, Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu, Lestari hingga Kini. tradisi weh-wehan peringati maulid nabi
Penulis: Saiful Masum | Editor: yayan isro roziki
Berakar dari kata dalam bahasa Jawa: aweh, tradisi 'weh-wehan' di masyarakat Kaliwungu, Kabupaten Kendal, saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, masih lestari hingga kini. Tradisi Weh-wehan diyakini telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
TRIBUNPANTURA.COM, KENDAL - Masyarakat Kaliwungu, Kabupaten Kendal mempunyai cara unik dan menarik dalam menyambut peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW yang biasa diperingati setiap 12 Rabiul Awal.
Warga Kecamatan Kaliwungu akan sibuk mempersiapkan makanan, jajanan, hingga minuman yang dibagikan kepada warga lain cuma-cuma.
Biasanya, apa pun bentuknya yang diberikan bakal mendapatkan makanan kembalian meskipun dalam bentuk yang berbeda.
Tradisi ini disebut dengan 'Weh-wehan' yang berasal dari kata 'aweh' artinya memberi.
Tradisi yang masih eksis sampai saat ini masih dijalankan dengan baik, bahkan antusias masyarakat masih cukup tinggi.
Tradisi ini oleh masyarakat Kaliwungu, diartikan sebagai ungkapan rasa syukur melalui bersedekah atas nikmat yang diberikan Allah SWT, sekaligus menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad.
Sebuah tradisi yang tidak dimiliki warga kecamatan lain di Kabupaten Kendal.
Tradisi menggerakkan masyarakat untuk saling memberi kepada sesama di momen mulia bagi umat muslim.
Tradisi yang juga bertujuan untuk memupuk rasa persaudaraan antar penduduk supaya tetap hidup rukun berdampingan.
Weh-wehan biasa diperingati sejak sore hingga malam 12 Rabiul Awal.
Bahkan, sebagian masyarakat memulainya sejak siang hari, lebih awal dari pada biasanya sebagai ungkapan rasa semangat dan bahagia.
Hal unik lainnya dalam tradisi ini adalah hadirnya makanan khas daerah Kaliwungu yang tetap dijaga dan dilestarikan dengan baik.
Seperti contoh Sumpil, sebuah makanan khas yang terbuat dari bahan dasar beras, dikemas dengan daun bambu, serta cara makannya dicampur dengan sambal kelapa.
Sumpil biasa dibuat setiap menjelang Maulid Nabi Muhammad untuk memeriahkan tradisi 'Weh-wehan'.