Berita Kendal

Mengenal Tradisi 'Weh-wehan' Kaliwungu Kendal, Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu, Lestari hingga Kini

Mengenal Tradisi 'Weh-wehan' Kaliwungu Kendal, Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu, Lestari hingga Kini. tradisi weh-wehan peringati maulid nabi

Penulis: Saiful Masum | Editor: yayan isro roziki
TribunPantura.com/Saiful Masum
Masyarakat Kaliwungu, Kendal memberikan makanan dan jajanan kepada tetangga dan handai tolan dalam tradisi 'Weh-wehan' saat peringatan hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad, Selasa (19/10/2021). 


*Makanan Khas Mulai Bergeser*


Seiring perkembangan zaman, tradisi Weh-wehan di Kaliwungu, Kendal tak seutuhnya sama sebagaimana yang terjadi pada zaman dahulu.


Mustamsikin menjelaskan, saat dia kecil, tradisi tahunan ini diperingati dengan sederhana namun kental dengan mengenalkan tradisi makanan khas Kaliwungu.


Setiap keluarga menyempatkan waktu satu hari untuk membuat makanan khas yang akan dibagi-bagikan.


Usaha itu membuat nilai tambah tradisi menjadi lebih berkesan dengan mengenalkan makanan-makanan asli daerah.


"Sekarang, makanan khas sudah bergeser. Rata-rata jajanan yang diberikan produk toko. Sedangkan makanan asli Kaliwungu tinggal sedikit," terangnya.


Tradisi lain berupa Teng-tengan, kata dia, juga hampir punah. 


Padahal, tradisi dengan menghiasi rumah dan jalanan menggunakan lampu hias dari kertas ini menjadi cikal bakal berlangsungnya Weh-wehan.


Tetapi, nilai dari sedekahnya masih tetap terjaga, sehingga masyarakat masih tetap antusias memeriahkan tradisi. 


"Prinsip, weh-wehan ini upaya menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad. Semua saling mengingatkan bersedekah sesuai anjuran Rasulullah, malamnya diisi dengan salawat," tuturnya.


Ia berharap, tradisi baik turun temurun dari para kiai ini bisa tetap dilestarikan oleh kaum remaja hingga kehidupan di masa datang.


Mustamsikin juga berharap, nantinya tradisi ini bisa ditularkan ke daerah-daerah lain agar semakin banyak warga yang bersedekah untuk sesama.


"Selain dipertahankan, tradisi ini akan lebih baik bisa dilestarikan ke berbagai daerah. Sekalipun bentuknya tidak sama persis, nilainya masih tetap utuh."

"Karena tidak dipungkiriadanya tuntutan zaman, namun inovasi yang dikembangkan tidak mengurangi nilai sedekahnya," harap Mustamsikin.

Seorang remaja, Nafisatuddiniyah mengaku bersyukur menjadi bagian warga Kaliwungu yang bisa melestarikan tradisi dari tahun ke tahun.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Pantura
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved